Bogor (ANTARA News) - Guna meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) di Kawasan Timur Indonesia (KTI), Selasa malam di Bogor, Jabar, sebanyak 60 bupati dan walikota dari KTI, menandatangani notakesepahaman (MoU) dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), melalui program beasiswa utusan daerah (BUD).
Sebelum penandatanganan MoU itu, Sekjen DP-KTI Bappenas, Ikhwanuddin Mawardi dan Rektor IPB, Prof Dr Ir Achmad Ansori Matjjik, MSc memberikan pemaparkan bagaimana pentingnya meningkatkan kualitas SDM di KTI melalui pemberian kesempatan belajar lulusan SLTA di KTI ke IPB.
Kepala Humas IPB, drh Agus Lelana, SpMP, MSi, disela-selaa acara itu menjelaskan bahwa BUD adalah suatu cara penerimaan mahasiswa Program Sarjana IPB yang direkomendasikan dan dibiayai oleh pemerintah provinsi, kabupaten/kota, yang bila lulus diharapkan kembali ke daerah untuk membangun daerah.
Calon mahasiswa BUD adalah llusan SMU-IPA atau SMK berbasis IPA yang berpotensi, direkomendasikan dan dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dengan beberapa kriteria, diantaranya berusia tidak lebih dari 25 tahun, memiliki nilai rapor SMU yang baik, sehat jasmani dan rohani, bebas dari penggunaan narkoba, dan bersedia tinggal di Asrama IPB pada tahun pertama.
Ia menambahkan, kehadiran 60 bupati dan walikota se KTI dalam Mou peningkatkan kualitas SDM itu, merupakan babak baru bagi IPB untuk berkiprah kepada bangsa dan negara, sehingga potensi sumberdaya alam (SDA) berbasis pertanian di KTI dapat dioptimalkan, melalui generasi muda terdidik yang kini sedang dipersiapkan itu.
Bupati Pegunungan Bintang di Propinsi Papua, Welington Wenda dalam sesi dialog mengemukakan bahwa selama ini ada kesan bahwa mahasiswa IPB hanya dari generasi muda lulusan SLTA dari Sumatera, Kalimantan dan Jawa saja, sehingga perlu alokasi kepada para generasi muda dari KTI, termasuk dari Kabupaten Pegunungan Bintang, yang merupakan kabupaten pecahan Kabupaten Jayawijaya ini.
Salah satu alasannya, di kabupaten di Pegunungan Jayawijaya --yang berbatasan dengan negara Papua Niugini--itu potensi pertaniannya belum tergarap baik karena minimnya SDM yang mampu mengelolanya.
Sekjen DP-KTI Bappenas, Ikhwanuddin Mawardi pun, dalam paparan awalnya mengemukakan bahwa dibandingkan dengan Univeritas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Brawijaya (unibraw) --dimana asosiasi alumninya ada di setiap provinsi--IPB relatif belum memiliki jejaring di KTI, meski berjuluk "kampus rakyat".
"Mengapa generasi muda KTI selalu datang ke Malang (Unibraw) dan ke Yogyakarta (UGM), karena di memori generasi muda mereka, yang orang tua dan seniornya telah lebih awal belajar ke Unibraw dan UGM, tertanam dengan kuat, sehingga selepas pendidikan di tingkat SLTA kemudian langsung memilih institusi pendidikan di daerah itu," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007