Semarang (ANTARA News) - Daya saing Indonesia tahun lalu menduduki peringkat 50 dunia dari 125 negara, padahal sebelumnya hanya menduduki urutan 69 dari 107 negara, sehingga mengalami peningkatan signifikan, kata Dirjen Bina Pembangunan Daerah (Bangda) Depdagri, Syamsul Arief Rivai. "Namun demikian, posisi Indonesia masih berada di bawah Singapura yang menduduki peringkat kelima, Jepang (tujuh), Malaysia (26), Thailand (35), dan India (43)," katanya pada acara Rapat Koordinasi Pengembangan Penanaman Modal Provinsi Jateng 2007" di Semarang, Rabu. Hal ini, katanya, menunjukkan daya saing Indonesia di antara negara Asia masih urutan terendah. Masalah klasik yang harus diperbaiki antara lain infrastruktur, ketidakefisienan birokrasi, dan ketidakstabilan penentu kebijakan. Menurut Syamsul, perbaikan regulasi, sistem perpajakan, peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM), dan regulasi ketenagakerjaan harus segera dilakukan, agar daya saing di tingkat global meningkat. Pembangunan masa lalu yang lebih menekankan kepada tercapainya tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi, menciptakan peningkatan pendapatan, penurunan jumlah kemiskinan, pengangguran, dan perbaikan kualitas hidup manusia, meskipun dalam prakteknya kesenjangan ekonomi (pemerataan pendapatan) kurang menggembirakan, katanya. Meskipun dalam perkembangannya cukup menggembirakan, katanya, kemudahan berinvestasi dan berusaha Indonesia masih tertinggal jauh dengan negara lain, sehingga hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak. "Penciptaan iklim investasi, persaingan usaha yang sehat, peningkatan perlindungan keamanan investor sangat penting untuk mendorong peningkatan daya saing, investasi kompetitif, dan berbasis efisien," katanya. Pembangunan ekonomi nasional menetapkan setiap pembangunan ekonomi dilaksanakan berdasarkan pemerataan dan keadilan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat, katanya. Ia mengatakan pembangunan ekonomi yang telah ditempuh pada masa lalu telah menghasilkan berbagai kemajuan cukup berarti, namun juga mengandung berbagai persoalan krusial untuk dipecahkan bersama. Investasi merupakan komponen pengeluaran yang cukup besar dan berubah-ubah, sehingga akan memengaruhi permintaan agregat, terutama konsumsi yang pada akhirnya akan berakibat pada perubahan "output" dan kesempatan kerja, katanya. "Investasi menghimpun akumulasi modal seperti pembangunan gedung dan peralatan yang pada akhirnya akan memacu peningkatan `output` dan kesempatan kerja," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007