Mazar I Sharif, Afghanistan, (ANTARA News) - Seorang pelaku bom bunuh diri dari kelompok Taliban meledakkan diri dekat sebuah bus yang mengangkut para tentara Afghanistan di bagian utara negara pada Senin, dan menewaskan tiga di antaranya, para pejabat mengatakan.
Insiden yang terjadi di provinsi Balkh itu terjadi saat kelompok militan itu meningkatkan serangan mereka di penjuru negara dalam tahun pemberontakannya yang kelimabelas terhadap pemerintah yang didukung oleh pihak Barat di Kabul.
Kementerian pertahanan mengatakan tiga orang tentara tewas dan delapan lainnya mengalami luka-luka dikarenakan ledakan itu, yang terjadi di sebuah wilayah yang relatif stabil.
Seorang juru bicara dari kantor gubernur provinsi itu, Munir Ahmad Farhad, mengatakan pelaku bom bunuh diri berlari ke arah bus yang sedang melambat karena melaju dekat polisi tidur di Dehdadi, sebuah wilayah yang dekat dengan ibu kota provinsi, Mazar I Sharif.
Kelompok Taliban yang rezim garis kerasnya digulingkan pada 2001 silam oleh koalisi pimpinan Amerika Serikat mengklaim bertanggung jawab atas insiden bom bunuh diri itu.
Kelompok tersebut telah meningkatkan kampanye mereka untuk melawan pemerintah dan sejumlah sasaran asing di Afghanistan pada musim dingin ini, pada saat pertempuran biasanya berhenti sementara, menggarisbawahi sebuah keadaan keamanan yang memburuk.
Pasukan keamanan Afghanistan telah mengalami masa-masa terburuk setelah NATO menghentikan misi pertempuran mereka pada Desember 2014, meninggalkan mereka untuk melawan kelompok pemberontak Taliban dengan kekuatan mereka sendiri.
Setidaknya 20 orang aparat polisi Afghanistan telah tewas pada 1 Februari lalu saat seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan diri di luar markas mereka di ibu kota, Kabul.
Dengan para kubu yang berseteru tampak tidak dapat mencapai sebuah kemenangan yang mutlak, pemerintahan Afghanistan, kekuatan regional dan Amerika Serikat meletakkan harapan mereka di atas penyelesaian damai.
Pada Sabtu, para perwakilan dari Afghanistan, Pakistan, Tiongkok dan Amerika Serikat mengumumkan bahwa pertemuan langsung antara Kabul dengan pihak Taliban diperkirakan akan dilaksanakan pada akhir bulan ini, menandakan bahwa kelompok pemberontak itu berkeinginan untuk kembali ke meja negosiasi enam bulan setelah tahapan negosiasi sebelumnya gagal.
Peran Pakistan yang mendukung kelompok ekstremis saat berkuasa pada 1996 hingga 2001 itu dan dituduh mengamankan pemimpinnya yang sedang melarikan diri, dipandang sebagai kunci dalam mempengaruhi pihak Taliban agar kembali ke meja perundingan, demikian AFP melaporkan.
(KR-MBR/G003)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016