Banjarmasin (ANTARA News) - Guyuran hujan relatif cukup deras mewarnai perayaan awal tahun baru Imlek 2567 atau tahun baru Cina, di Kota Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.
Namun dari pantauan Antara Kalimantan Selatan (Kalsel), Senin, guyuran hujan itu tidak membuat surut warga Tionghoa yang menganut ajaran Kong Hu Cu atau Confucius di "kota seribu sungai" Banjarmasin, untuk melaksanakan peribadatan bersama.
Sebagai contoh pada klenteng yang berada di Jalan Kapten Pere Tendean atau kawasan "Pacinan Laut" (tempat komunitas Tionghoa tinggal sejak lama) Banjarmasin, tampak ramai pengunjung buat melaksanakan persembahyangan.
Begitu pula klenteng di Jalan Niaga Banjarmasin atau kawasan perlenjaan kota seribu sungai tersebut, ramai pengunjuing, bukan saja laki-laki dan perempuan, tapi juga tua muda dengan menggunakan pakain beragam serta asisoris khas budaya Cina.
Persembahyangan silih berganti sejak pagi hingga sore hari, dan mereka itu tidak cuma warga Tionghoa yang tinggal di kota seribu sungai, tapi juga dari daerah di provinsi yang terdiri 13 kabupaten/kota tersebut.
Sementara tempat persembahyangan atau klenteng itu mereka hias pula dengan berbagai asisoris, seperti lampion warna merah tua bergelantungan, sehingga menambah semarak suasana awal Tahun Baru Imlek 2567 yang bertepatan 8 Feberuari 2016.
Pemandangan lain yang menarik, beberapa orang warga juga bergerombol dekat kelenteng tersebut, menanti kemungkinan untuk mendapatkan ampao, yang mereka lakukan ketika menyambut dan merayakan tahun baru Imlek.
Persembahyangan warga Tionghoa di Banjarmasin sepanjang hari awal Tahun Baru Imlek 2567 berjalan aman dan lancar, kendati terkadang hujan turun.
Di Banjarmasin terdapat dua klenteng atau tempat persembahyangan penganut Kong Hu Cu, yang ada sejak lama/masa pemerintahan Hindia Belanda.
Sedangkan tempat persembahyangan warga Tionghoa pengikut Budha di Kota Banjarmasin juga terdapat dua vihara berada di kawasanan pacinan.
Pewarta: Sukarli
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016