"Kami sudah berkoordiansi dengan desa adat sejak beberapa hari lalu," kata Ketua II Pengurus Vihara Darmayana Kuta di Kabupaten Badung, Luwih Berata, Senin.
Sekitar empat orang petugas keamanan atau pecalang dari Banjar Temacun, Kuta, bekerja sama dengan aparat dari Kepolisian Sektor Kuta dan petugas keamanan vihara mengamankan jalannya ibadah warga Tionghoa.
Mereka bersama aparat kepolisian mengatur kelancaran lalu lintas di sekitar kawasan Jalan Blambangan dan Jalan Raya Kuta mengingat klenteng itu berada di tengah-tengan kawasan wisata padat Kuta.
Menurut dia, pengamanan yang dilakukan oleh petugas desa adat itu sudah merupakan tradisi yang terjalin ketika warga keturunan Tionghoa merayakan Imlek.
"Sudah sejak lama kami bekerja sama dengan aparat desa dan kepolisian. Ini juga merupakan bentuk toleransi," ucap Luwih.
Vihara Darmayana sendiri memiliki 150 kepala keluarga dari Denpasar, Nusa Dua, dan Kuta.
Meski berada di tengah masyarakat Hindu di Bali, namun toleransi antarumat beragama bergitu harmoni ditunjukkan warga setempat.
"Warga di sini sudah saling dekat. Dari dulu kebersamaan dan tidak ada masalah karena warga saling menghormati," ucapnya.
Selain toleransi yang ditunjukkan oleh para petugas dan warga setempat, keberagamaan dan akulturasi budaya begitu kental terasa di vihara setempat.
Salah satunya hiasan bambu dan janur atau "penjor" yang khas dibuat umat Hindu berpadu dengan ratusan lampion berdiri di vihara itu.
Di saat yang bersamaan, umat Hindu juga akan merayakan Hari Raya Galungan jatuh pada Rabu (10/2).
"Sebelum Imlek kami juga melakukan tradisi Ngejot (memberikan bingkisan berupa jajan) kepada warga sekitar dan begitu juga sebaliknya saat Galungan," katanya.
Pewarta: Dewa Wiguna
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016