Jakarta (ANTARA News) - Rencana Pemerintah Indonesia bertemu dengan kelompok Hamas di Jakarta dalam tiga bulan mendatang dalam upaya mewujudkan perdamaian di Timur Tengah, khususnya Palestina, dinilai terlambat. "Sebelumnya sudah ada pertemuan di Makkah. Jadi, rencana pertemuan dengan kelompok Hamas di Jakarta rasanya sedikit terlambat," kata pengamat Timur Tengah dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hamdan Basyar kepada ANTARA News di Jakarta, Selasa. Menurut dia, pertemuan di Makkah beberapa waktu lalu, yang mempertemukan unsur Hamas dan Fatah, dinilai sudah berjalan baik. "Terbukti, kedua pihak mau berdamai dan mau membentuk pemerintahan baru," katanya. Oleh karena itu, katanya, Indonesia seharusnya tidak perlu lagi melakukan pertemuan dengan kelompok Hamas untuk membicarakam masalah antara Hamas dan Fatah, tapi dapat dilakukan pembicaraan dengan mengajak pemerintahan baru tersebut bekerja sama dan saling berhubungan baik. "Yang menjadi permasalahan sebenarnya Hamas tidak mau mengakui keberadaan Israel. Itu saja," kata dia. Dia mengatakan, dalam dunia politik, sangat mungkin jika mengatakan ada kemungkinan Hamas mau mengakui keberadaan Israel dan menurut dia, tergantung pada keadaan politik di Palestina saat ini. Yang seharusnya dilakukan Indonesia adalah mencoba melobi Amerika Serikat, karena Indonesia memiliki hubungan baik dengan negeri Paman Sam tersebut, katanya. "Justru lebih baik mendekati Israel melalui Palestina," ujar Hamdan. Menurut dia, Indonesia dapat melakukan pendekatan dan meminta Amerika Serikat membujuk Israel melunak dan menghentikan kekerasan di Palestina dan Libanon. Sementara itu, yang akan dilakukan negara anggota Organisasi Konferensi Islam di Islamabad, yang diikuti tujuh menteri luar negeri, yaitu dari Pakistan, Indonesia, Mesir, Yordania, Turki, Arab Saudi, dan Malaysia, sah saja jika bertujuan menyatukan pandangan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007