Kulon Progo (ANTARA News) - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencapai lebih dari 15 kasus, satu diantaranya meninggal dunia selama Januari 2016.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulon Progo Bambang Haryatno di Kulon Progo, Sabtu, mengatakan penyakit demam berdarah dengue (DBD) pada 2016 diprediksi mengalami kenaikan karena siklus lima tahunan.
"Pads 2016, kondisi DBD pas naik. Di Januari, beberapa kecamatan ada peningkatan DBD dan sudah kami tindaklanjuti dengan kegiatan kemasyarakatan," kata Bambang.
Ia mengatakan kegiatan kemasyarakatan seperti penyuluhan, gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dan kalau ada warga yang dirawat di rumah sakit, maka petugas melakukan fogging di tempat tinggal warga tersebut. Titik-titik lokasi fogging yakni Kecamatan Lendah dan Kecamatan Sentolo.
Dia mengatakan kasus demam berdarah dengan tingkat penderita DBD paling banyak yakni Kecamatan Wates, Pengasih dan Sentolo.
"Di wilayah ini, kasus DBD sangat tinggi, bila dibandingkan dengan 12 kecamatan lainnya. Namun demikian, kami terus melakukan pemetaan penyebaran kasus DBD supaya dapat segera di atasi," katanya.
Selain itu, kata Bambang, Dinkes telah bekerja sama dengan Dinas Pendidikan terkait gerakan siswa peduli PSN. "Kami sudah mengirim surat ke Dinas Pendidikan untuk melakukan gerakan PSN yang dilakukan anak-anak," katanya.
Ia juga mengimbau kepada masyarakat melakukan gerakan PSN satu minggu sekali di rumah masing-masing, sehingga dapat mengurangi populasi nyamuk. Nyamuk itu, populasinya dari telur menjadi nyamuk dewasa sekitar 10 hingga 14 hari.
"Kalau masyarakat mau melaksanakan gerakan PSN pada Minggu secara rutin, telur tidak bisa berkembang menjadi jentik-jentik," katanya.
Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kulon Progo Baning Rahayujati mengatakan pada Januari 2016, sudah ada 15 kasus DBD, bahkan telah merenggut satu korban jiwa.
"Awal 2016 sudah ada satu korban yang meninggal dunia. Peningkatan kasus DBD memang sering terjadi di awal tahun, terlebih saat peralihan musim," kata Baning.
Saat ini, lanjut Baning, Dinkes telah melakukan berbagai upaya antisipasi, salah satunya dengan pengasapan atau fogging. Meski demikian, menurut Baning, fogging bukan merupakan cara paling efektif untuk menekan populasi nyamuk aedes aegypty.
"Metode yang paling disarankan adalah gerakan PSN," kata dia.
Pewarta: Sutarmi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016