Jakarta (ANTARA News) - Ustadz Yusuf Mansur membantah menikahi janda Haddad Alwi, Atina, dan menilai isu tersebut dilontarkan untuk menggagalkan Program Pembibitan Penghafal Alquran (PPPA) yang digerakkan Pondok Pesantren Tahfidzul Quran Daarul Quran Wisatahati yang dipimpinannya.
Ustadz Yusuf Mansur, dalam pesan singkatnya kepada ANTARA News, di Jakarta, Selasa, mengatakan isu tersebut telah menanamkan pemikiran buruk kepada masyarakat termasuk ibu-ibu yang menjadi donatur terbesar PPPA.
"Sungguh dosa besar kepada infotainment tersebut dan keluarga besarnya apabila gagasan mulia PPPA jadi terhenti gara-gara isu murahan yang tidak ada muaranya," katanya.
Menurut dia, mulai ada satu dua ibu-ibu yang "tidak mau tahu" dan menganggap isu tersebut benar dan atau "akan menjadi benar", sehingga mereka lalu menarik diri.
Ia mengatakan donatur PPPA telah capai lebih dari 3000 dan jumlah ini akan terus bergerak mencapai 10 ribu donatur yang menyumbang Rp20 ribu per bulan.
"Kalo sudah di atas 10 ribu maka PPPA ini akan dibesut juga ke daerah-daerah. Target di 2008, ada 10 sekolah unggulan PPPA di seluruh tanah air," kata ustadz.
Selain itu, ia juga mengatakan isu yang tidak benar tersebut juga akan mempengaruhi para artis dan selebritis yang sedang mendalami ilmu agama.
"Para artis atau selebritis yang mulai menyintai pengajian, tidak alergi dengan jilbab dan pakaian muslim, tidak alergi dengan acara-acara spiritual, nampaknya juga akan berdampak," kata ustadz yang telah "melahirkan" Wisata Hati, korporasi yang bergerak di bidang konsultasi bisnis dan training.
Menurut dia, mereka minimal akan punya semacam pemikiran untuk berhati-hati saat berdekatan dengan ustadz.
Ustadz yang kerap menggunakan kaca mata itu menganggap tersebarnya isu poligami pada dirinya sekadar bisnis infotainment untuk mencari keuntungan.
Menurut dia, mereka mengambil keuntungan dari bisnis infotainment dengan tidak berbagi keuntungan itu sendiri kepada pihak yang dikorbankan.
"Ada kezaliman bisnis," katanya.
Menurut dia, infotainmen berhasil menanamkan di masyarakat bahwa "tidak ada api mana mungkin ada asap", walaupun api itu mereka sendiri yang menciptakan.
"Kalau begini terus, meningkatnya nilai-nilai spiritualitas bisa benar-benar terhenti," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007