Kapal perintis yang kandas sejak Minggu (31/12) di Perairan Pamalikan, Kecamatan Pulau Sembilan, berhasil ditarik dengan sejumlah kapal nelayan pada Rabu (3/2) sekitar pukul 19.30 WIT,"

Kotabaru (ANTARA News) - Kapal perintis KM Sabuk Nusantara 55 milik PT Pelni yang kandas di perairan Pamalikan, Pulau Sembilan berhasil ditarik oleh sejumlah kapal nelayan.

"Kapal perintis yang kandas sejak Minggu (31/12) di Perairan Pamalikan, Kecamatan Pulau Sembilan, berhasil ditarik dengan sejumlah kapal nelayan pada Rabu (3/2) sekitar pukul 19.30 WIT," kata Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kotabaru Sadeli M di Kotabaru, Kamis.

Usai ditarik, kapal langsung melanjutkan pelayaran ke Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu untuk diperiksa oleh PT Pelni Batulicin dan Kementerian Perhubungan.

"Alhamdulillah, pemeriksaan awal, bagian dasar kapal tidak terjadi robek akibat kandas," jelasnya.

KM Sabuk Nusantara 55 kandas di karang muda perairan Maradapan dengan Pamalikan saat melayani penumpang.

Apabila tidak ada kerusakan, kapal KM sabuk Nusantara 55 akan kembali dioperasikan untuk berlayar antar pulau di Kabupaten Kotabaru, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, dan daerah di Sulawesi Barat.

Sebelumnya, Sekretaris Kecamatan Pulau Sembilan Andi Zainuddin, mengatakan rencana awal sekitar 20 unit kapal dikerahkan untuk menarik kapal perintis Sabuk Nusantara 55.

"Kapal Sabuk Nusantara 55 kandas di perairan Pamalikan, Kecamatan Pulau Sembilan, akibat angin kencang dan gelombang setinggi dua meter," ujarnya.

Terpisah, Kepala SMAN Pulau Sembilan Palawagau, menambahkan, lebih dari 50 warga Pulau Sembilan sudah menunggu kapal Sabuk Nusantara 55 untuk ikut berlayar ke Kotabaru.

Ketua Komisi II DPRD Kotabaru Syairi Mukhlis, mengatakan, ia bersama jajaran legislatif di komisi yang dipimpinnya melakukan konsultasi ke Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan RI di Jakarta yakni mendesak pembangunan sarana penunjang transportasi laut di Kotabaru.

"Alhamdulillah sejak awal tahun Kapal Sabuk Nusantara 55 telah beroperasi melayani pelayaran masyarakat Kotabaru dengan rute Majene-Kotabaru-Batulicin-Marabatuan-Maradapan dan Matasirih pergi pulang (PP)," kata Syairi.

Namun masih ada hal yang menjadi kendala bagi masyarakat yakni, aktivitas bongkar muat khususnya di daerah Maradapan dan Matasiri harus dilakukan di tengah laut, karena keberadaan dermaga yang belum ada. Hal ini sangat menyulitkan masyarakat.

Sehubungan dengan situasi tersebut, legislatif mendesak kepada pemerintah melalui Dirjen Perhubungan Laut di Jakarta meminta sekaligus mendesak agar proses pembangunan dermaga di dua daerah tersebut yang mandeg hingga saat ini segera dilanjutkan.

Bersamaan itu, politisi Partai PDIP ini mengusulkan kepada PT Pelni selaku operator Kapal Negara Sabuk Nusantara 55 untuk menambah rute pemberhentian yakni kawasan timur Kotabaru yakni Daerah Pamukan yang mencakup Pamukan Utara, Barat dan Selatan.

Pasalnya, masyarakat di daerah tersebut juga sangat mengharapkan adanya sarana transportasi yang aman dan memenuhi standar keselamatan, mengingat relatif kerapnya kecelakaan pelayaran terlebih jika musim gelombang besar.

Hal tersebut disampaikan mengingat kekhawatiran masyarakat sebagaimana kejadian di penghujung 2015 lalu terjadi kapal nelayan yang mengangkut bahan makanan dari Pulau Sembilan ke ibu kota Kabupaten Kotabaru tenggelam karena gelombang tinggi meski tidak sampai menelan korban jiwa.

Pewarta: Imam Hanafi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016