"Sedikit diketahui, kesehatan mental mempengaruhi orang di sekitarnya, selain dirinya sendiri. Bila orangtua, maka yang rentan adalah anak-anak mereka," kata penulis senior penelotian tersebut, Brian Lee dari Drexel University School of Public Health, dikutip dari Reuters.
Studi terdahulu menunjukkan orangtua yang depresi dapat mempengaruhi perkembangan otak, perilaku dan emosi serta gejala psikiatris lainnya, tulis Lee dan timnya di jurnal JAMA Psychiatry.
Masih sedikit studi yang meneliti hubungannya dengan prestasi di sekolah.
Untuk penelitian kali ini, mereka melibatkan 1,1 juta anak di Swedia yang lahir pada kurun waktu 1984-1994.
Tiga persen ibu dan dua persen ayah didiagnosis depresi sebelum anak mereka menyelesaikan jenjang pendidikan, di Swedia wajib belajar hingga usia 16 tahun.
Secara umum, ketika orangtua menderita depresi, prestasi anak di sekolah buruk. Prestasi anak perempuan lebih terpengaruh saat ibu mereka depresi, dibandingkan dengan anak lelaki.
Menurut Lee, orangtua depresi menjadi faktor buruknya prestasi anak di sekolah selain status ekonomi dan pendidikan orang tua.
Studi Lee tersebur memberikan catatan bahwa kesehatan mental di negara tersebut belum diperhatikan sehingga belum tentu benar-benar mempengaruhi prestasi anak di sekolah.
Dalam editorial yang diterbitkan bersama jurnal tersebut, Myrna Weissman dari New York State Psychiatric Institute dan Columbia University Department of Psychiatry, menulis perawatan untuk ibu yang depresi, dengan psikoterapi atau obat, membantu mengurangi problem anak.
"Depresi benar-benar penyakit. Pasien depresi sangat keras terhadap diri mereka sendiri. Mereka harua diberi tahu ini bukan salah mereka," katw Weissman.
Weissman melihat depresi dapat menurun di keluarga. Membesarkan anak menuntut perhatian dan akan menjadi lebih sulit bila orangtua depresi.
Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016