BPBD telah mengimbau masyarakat terutama yang bermukim di lereng Merapi dan Merbabu terhadap bencana tanah longsor, terkait menyusul mulai tingginya curah hujan pada bulan di wilayah ini, kata Kepala BPBD Kabupaten Boyolali, Nur Kamdani, di Boyolali, Kamis.
Menurut Nur Kamdani, masyarakat dengan peningkatan kewaspadaan bencana tersebut sangat penting, karena jika terjadi bencana tanah longsor tiba-tiba warga dapat mengatisipasi dengan cara penyelamatan.
Selain itu, pihaknya juga telah mengirimkan surat edaran perihal kewaspadaan bencana tanah longsor, banjir, dan angin puting beliung ke sejumlah kecamatan yang rawan bencana.
"Kami berharap dengan surat edaran ini, pemerintah kecamatan dapat meneruskan untuk disosialisasikan ke desa-desa di wilayahnya masing-masing," katanya.
Menurut dia, berdasarkan prakiraan cuaca dari Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Februari 2016 merupakan puncak musim hujan karena curah hujan diprediksi cukup tinggi.
Ia mengatakan dari hasil pemetaan di wilayah rawan bencana tanah longsor di Kabupaten Boyolali, meliputi enam kecamatan di antaranya, empat daerah di kawasan lereng Gunung Merapi dan Merbabu, sedangkan dua lainnya di Boyolali utara.
"Empat Kecamatan di lereng Gunung Merapi dan Merbabu yang rawan tanah longsor antara lain Selo, Cepogo, Musuk dan Ampel, sedangkan dua lainya di Boyolali bagian utara, yakni Klego serta Kemusu.
Menurut dia, daerah lereng Merapi dan Merbabu rawan tanah longsor, karena struktur tanahnya berpasir dan gembur, sehingga jika diguyur hujan terus-menerus dikhawatirkan mudah bergerak akan terjadi bencana alam.
"Kami telah memantau di kawasan itu, sudah terjadi longsoran di beberapa titik, meski skalanya kecil sehingga dapat diantisipasi oleh masyarakat sekitar," katanya.
Kendati demikian, pihaknya optimistis masyarakat di daerah rawan tanah longsor tersebut sudah berpengalaman menghadapi alam sehingga jika sewaktu-waktu ada tanda-tanda mereka akan mengambil langkah penyelamatan.
Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016