Ia menjelaskan pada April 2015 sampai Januari 2016 penjualan elektronik Panasonic, terutama untuk produk elektronik rumah tangga mengalami peningkatan dua digit.
"Khususnya produk home appliances seperti AC, mesin cuci, kulkas, TV, (penjualan naik) hampir 30 persen naik," ujarnya. Padahal, lanjut dia, pada 2015 pasar elektronik di dalam negeri mengalami penurunan antara 5-20 persen, bervariasi tergantung jenis produk.
"Permintaan mesin cuci yang paling tidak begitu baik tahun lalu, persaingannnya juga ketat," kata Suganuma.
Pertumbuhan yang sama juga dialami, produksi barang elektronik di Indonesia, melalui PMI. Pertumbuhan produksi PMI yang antara lain merakit televisi dan lemari es, juga tumbuh dua digit.
"Panasonic sangat optimis dan memiliki keyakinan besar pasar di Indonesia," ujar Suganuma. Hal senada dikemukan Preskom Grup Panasonic Gobel, Rachmat Gobel. Ia menegaskan rasa optimis dan komitmen mitranya Panasonic pada pasar Indonesia.
"Pasar Indonesia yang besar merupakan insentif tersendiri bagi investor asing," ujarnya. Oleh karena, lanjut mantan Menteri Perdagangan itu, pasar tersebut harus dilindungi dengan hambatan nontarif seperti SNI, agar produk yang masuk ke Indonesia berkualitas dan memiliki teknologi yang tidak ketinggalan dengan tren global.
"Peran pemerintah dibutuhkan untuk memberikan dukungan (insentif) agar investor meningkatkan teknologi mereka guna memenangkan persaingan baik di pasar domestik maupun global," ujar Rachmat.
Hal itu membantah pemberitaan bahwa Panasonic bakal hengkang dan menutup pabriknya di Indonesia. "Yang benar kami melakukan alih proses produksi dan teknologi untuk produksi lampu dari lampu hemat energi (CFL) menjadi LED," kata Rachmat. Dua perusahaan Panasonic Gobel yang memproduksi lampu tersebut dimerger sehingga karyawannya direstrukturisasi.
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016