Jakarta (ANTARA News) - Sudah umum diketahui jika menguap memang menular dan bisa mewabah di satu ruangan hanya dalam waktu hitungan detik, namun rupanya fenomena itu lebih jamak ditemukan pada kaum hawa, demikian dilansir laman dailymail.co.uk pada Rabu (3/2).
Selama percobaan, para peneliti menemukan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki rata-rata spontanitas menguap yang setara, namun wanita cenderung menguap untuk "membalas" kuap orang lain.
Menguap karena merespon orang lain adalah pertanda adanya rasa empati, yang menunjukkan bahwa wanita lebih banyak memiliki empati dan lebih bisa akrab dengan orang lain ketimbang pria.
Riset tersebut dilakukan di Universitas Pisa di Italia. Empati adalah kemampuan untuk memahami dan berbagi kondisi emosi internal dari orang lain dan riset sebelumnya telah menunjukkan bahwa wanita lebih baik dalam hal ini ketimbang laki-laki.
Contohnya, riset mengungkapkan para wanita lebih sering menirukan ekspresi muka orang lain, menunjukkan bahwa wanita memperhatikan kondisi pikiran orang lain.
Tim yang dipimpin oleh Elisabetta Palagi meneliti apakah perempuan cenderung secara tak sadar meniru kuap orang lain. Guna mengetes teori itu, para ahli secara diam-diam mengamati orang-orang di ratusan situasi sosial dan tempat kerja selama lima tahun.
Para peneliti secara khusus mencatat kalau subyek "membalas" kuap orang lain dalam waktu tiga menit.
Di kingdom binatang, betina memang cenderung menunjukkan perilaku pro-sosial, kebalikan dari jantan yang anti-sosial.
Contohnya, dibanding dengan pejantan, tikus betina menunjukkan sensitivitas sangat besar terhadap rasa sakit orang lain (diukur melalui gerakan menggeliat yang meningkat) dan cenderung lebih mau melepas temannya yang terjebak jebakan tikus.
Simpanse betina yang ada di sekitar lebih cenderung mau menghibur individu yang sedih dan pada gorila, betina yang belum dewasa menawarkan lebih sering kontak penghiburan dibanding pejantan.
Memahami sinyal seperti menguap membantu sebuah grup untuk mengkoordinasi aksi mereka seperti tidur pada waktu yang bersamaan.
Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016