Jakarta (ANTARA News) - Petani bawang merah mengeluhkan harga jual bawang setelah panen raya justru ambruk.
"Setelah panen raya harga ambruk. Harga di petani Rp 8 ribu, tetapi di pasar Rp 40 ribu perkilogram," ujar wakil petani bawang merah Umar Jahidin saat bertemu Ketua MPR Zulkifli Hasan di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa.
Umar mengatakan, selain harga, petani juga menghadapi sulitnya proses sertifikasi bibit dan tak adanya dana tunda jual panen.
"Keluhan petani, dana tunda jual panen, lalu sertifikasi jenis bibit, ini sulit. Pemerintah sendiri mengharuskan jenis bibit tersertifikasi," kata Umar.
Ketika menanggapi hal tersebut, Zulkifili mengatakan masalah ini juga terkait dengan tata niaga.
Menurut dia, tingginya harga komoditas tersebut bukan ditentukan oleh petani namun oleh perantara, calo, atau tengkulak.
"Banyaknya perantara itulah yang menyebabkan harganya menjadi melambung, sementara petani tidak merasakan keuntungan," katanya.
Dia berharap pemerintah bersungguh-sungguh hadir menjembatani petani dan konsumen.
"Di petani harga paling jelek, tetapi di konsumen harga mahal. Ini di mana kehadiran pemerintah. Harusnya bagaimana caranya (produk dari) petani langsung ke konsumen. Perlu ada yang menjembatani konsumen dengan petani," kata Zulkifli.
"Dana talangan, bibit tersertifikat, seharusnya jangan ada permainan. Bantuan bibit harusnya saat musim tanam. Tata niaga juga harus diperbaiki," tambah dia.
Wakil para petani, Umar, juga mengungkapkan kebutuhan bawang merah di Indonesia mencapai 1,65 juta ton per tahun di 2015 namun petani baru bisa memenuhinya sebanyak 65 persen, sementara 35 persennya impor.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016