Yogyakarta (ANTARA News) - Masyarakat cukup menggalakkan pembersihan sarang nyamuk dalam menghindari kemungkinan adanya virus zika, kata Kepala Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Tri Wibawa.
"Meski bukan virus Zika, dengan pembersihan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan masing-masing, paling tidak kita sudah terhindar dari nyamuk demam berdarah atau chikungunya," kata Tri Wibawa di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Selasa (2/2).
Meski masih perlu dipertanyakan mengenai keberadaannya di Indonesia, menurut Tri, setidaknya virus tersebut masih satu keluarga dan memiliki kemiripan dengan virus dengue atau chikungunya serta sama-sama ditularkan melalui nyamuk.
Menurut Tri, mengenai temuan virus zika di Jambi pada 2015 oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman masih perlu dipertanyakan sebab virus yang ditemukan di Jambi tersebut lebih mendekati dengan yang ada di Asia. Misal memang ada virus zika yang endogen di Indonesia maka kemungkinan besar sifatnya berbeda dengan yang ada di Brazil.
"Sifatnya kemungkinan sama jika memang ada yang menularkan virus itu dari Brasil ke Indonesia," kata dia.
Selain itu, menurut dia, terkait dengan dampak berbahaya virus zika terhadap anak-anak juga masih memerlukan kajian yang matang.
"Kami masih belum bisa buru-buru menyimpulakan bahwa virus zika berdampak pada kecacatan pada anak," katanya.
Jika memang dampaknya demikian, kata dia, perlu dibuatkan vaksin khusus untuk mengobati dampak virus tersebut. Sementara itu, pengembangan vaksin itu perlu melakukan uji coba terhadap ibu hamil, yang belum pernah dilakukan di Indonesia.
"Indonesia juga akan memulai dari bawah untuk mengembangkan vaksin itu," katanya.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016