Bandarlampung (ANTARA News) - Tol Trans Sumatera ruas Bakauheni-Palembang ditargetkan rampung dibangun sebelum Asian Games 2018, namun pencapaian target itu kini tergantung sepenuhnya kepada keseriusan Pemerintah Pusat dan daerah untuk membebaskan lahannya.
Ketika pembangunan Tol Trans Sumatera dikritik keras karena dinilai tidak layak secara finansial, BUMN yang menjadi kontraktor tol itu malah menyebutkan peralatan berat mereka terancam tak bisa dioperasikan karena ketiadaan lahan untuk pengerjaan tol.
Sehubungan itu, Pemerintah Pusat dan Pemprov Lampung kembali didesak untuk lebih serius membebaskan lahan agar pengerjaan tol bisa sesuai target.
"Pembebasan lahan hingga sekarang sudah mencapai 45 km, progresnya menggembirakan," kata Ketua Tim I Percepatan Pembangunan Tol Trans Sumatera, Adeham.
Ia mengklaim proses pembebasan lahan dan pembangunan tol di Lampung jauh lebih baik karena selalu mencapai target. Akan tetapi, berbagai pihak mengharapkan pembebasannya bukan di atas kertas, namun tuntas secara fisik agar BUMN yang menjadi kontraktornya bisa segera melakukan pembangunan Tol Trans Sumatera.
Jika pembebasan lahan terus molor atau tidak sesuai rencana maka akan berdampak tidak tercapainya target pembangunan fisik jalan tol tersebut. Sebagai contoh, sampai sekarang belum semua BUMN yang ditugaskan membangun Tol Trans Sumatera, bisa melaksanakan tanggung jawabnya karena ketiadaan lahan.
Di ruas Bakauheni-Terbanggi Besar, pembangunan fisik Tol Trans Sumatera baru bisa dilaksanakan oleh kontraktor Pembangunan Perumahan (PP) di kawasan Bakauheni dan Waskita di kawasan Desa Sabahbalau Kabupaten Lampung Selatan. Dua kontraktor lainnya, yakni Adhi dan Wika, baru mulai bekerja tahun 2016.
Para kontraktor telah diultimatum untuk menuntaskan pembangunan Tol Trans Sumatera ruas Lampung- Palembang sebelum penyelenggaraan Asian Games 2018, yang akan berlangsung mulai 18 Agustus- 2 September 2018 di Jakarta, Jawa Barat dan Sumsel. Namun, mereka kini dihadapkan pada kendala ketersediaan lahan tol tersebut.
"Kami sudah kehabisan lahan untuk bekerja karena belum ada lahan baru yang dibebaskan. Karenanya, alat-alat berat menganggur," kata Kepala Proyek Tol Trans Sumatera dari Waskita Karya, Marsudi.
Waskita mendapatkan penugasan pembangunan tol sepanjang 41,5 km, namun baru 5 km di antaranya yang sudh dibebaskan. Padahal, pemerintah sudah didesak agar segera menuntaskan pembebasan lahan baru setidaknya 10 km sebelum Januari 2016.
"Pembebasan lahan ini sangat mendesak dituntaskan segera. Dari lahan sepanjang 5 km yang sudah dibebaskan, seluruhnya sudah "lean concrete atau dicor bagian tengahnya, sementara yang rigid atau pengecoran bagian sudah sepanjang 3,5 km," kata Manager Teknik PT Waskita Karya, Marsesa Edward.
Ia menyebutkan pihaknya tidak mengetahui kapan pembebasan lahan baru untuk jalan tol itu segera tuntas, sementara peralatan berat mereka kini menganggur karena tidak ada lahan untuk pengerjaan jalan tol tersebut.
"Pembebasan lahan ini sangat mendesak dituntaskan, sementara peralatan berat kita sudah menganggur," katanya.
Mengenai kemajuan pembangunan Tol Trans Sumatera di wilayah kerja Waskita Karya, ia menyebutkan pihaknya sudah tuntas melakukan "lean concrete" atau cor tengah sepanjang 5 km, rigid (cor atas) sepanjang 3,5 km, pembangunan jembatan dan jembatan simpang susun sudah masuk tahap " erection girder" atau pemasangan girder beton prategang, sementara akses masuk ke simpang susun sudah "lean concrete" atau pengecoran bagian tengah badan jalan sepanjang 1,1 km.
Menarik investasi
Pembangunan Tol Trans Sumatera dicanangkan Presiden Joko Widodo pada akhir April 2015 di Desa Sabahbalau. Tol Trans Sumatera dirancang mampu dilalui kendaraan yang bertonase 80- 90 ton. Jalan tol Trans Suamtera nantinya akan memiliki lebar kurang lebih 21 meter. Lebar tersebut terdiri atas lebar dua jalur jalan untuk dua arah kendaraan dengan lebar masing-masing 9,2 meter. Selain itu di pinggir jalan juga akan dibuat bahu jalan dengan lebar masing-masing 2,5 meter, sedangkan di antara kedua jalur akan dipasang median selebar 2,25 meter.
Wacana pembangunan Tol Trans Sumatera sudah mengemuka jauh sebelum era pemerintahan Presiden Joko Widodo. Namun pembangunannya tak kunjung terwujud karena tidak ada investor swasta yang mau berinvestasi di jalan layang tersebut.
Investor swasta hanya akan tertarik membangun tol di Pulau Jawa, terutama di daerah Jakarta, Banten dan Jawa Barat, karena sangat menguntungkan secara finansial.
Namun, jika faktor finansial semata yang menjadi tolok ukur dalam menilai manfaat pembangunan jalan tol, maka bisa dipastikan Tol Trans Sumatera tidak akan pernah terwujud. Dari tahun ke tahun, pembebasan lahan akan makin sulit dan biayanya juga akan terus membengkak.
Meski secara finansial dinilai sejumlah pengamat ekonomi tak menguntungkan, Presiden Joko Widodo mengambil keputusan berani dengan memerintahkan untuk segera membangun tol tersebut.
Selain menguntungkan secara ekonomi, Tol Trans Sumatera juga diyakini akan memberikan keuntungan dari sisi lainnya, seperti geopolitik.
Sehubungan investor swasta tak berminat, BUMN yang ditugaskan menjadi kontraktornya agar pembiayaannya melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) bisa diwujudkan lebih mudah.
Sejak pembangunan Tol Trans Sumatera dilaksanakan, arus investasi di Sumatera tentu meningkat nilainya. Di Provinsi Lampung saja, nilai investasi dalam dua tahun terakhir selalu naik terus.
Nilai investasi PMA/PMDN di Lampung ditargetkan hanya Rp3,09 triliun pada 2015, namun realisasinya mencapai Rp4,32 triliun, yang terdiri atas PMA Rp3,22 triliun dan PMDN Rp1,10 triliun.
Nilai investasi di Lampung tahun 2016 diperkirakan meningkat lagi, meski Pemprov Lampung hanya menargetkan Rp3,50 triliun.
Meski peningkatan investasi itu tidak berkaitan langsung dengan Tol Trans Sumatera karena masih dalam tahap pembangunan, tapi para investor sudah memprediksi manfaat tol itu terhadap investasi mereka setelah 2018.
Berbagai kalangan juga menyatakan dukungannya atas Tol Trans Sumatera, karena dinilai akan mampu mendorong pertumbuhan perekonomian setempat, terutama mempermurah distribusi barang dari Sumatera ke Jawa atau sebaliknya. Mereka bahkan menyebutkan pembangunan Tol Trans Sumatera tidak hanya akan berdampak terhadap pertumbuhan perekonomian di Sumetera, tetapi juga di Jawa dan secara nasional.
Pendistribusian barang akan menjadi lebih lancar dengan biaya lebih murah, dan minat investor menanamkan modalnya di Lampung dan Jawa juga akan meningkat.
Pembangunan jalan tol dapat mempermudah konektivitas antarprovinsi dan mempercepat distribusi hasil pertanian dan industri.
Pembangunan infrastruktur menjadi pendorong utama pertumbuhan perekonomian dan arus masuk investasi. Terkait itu, Presiden Jokowi telah menujukkan keberanian dan keteguhannya untuk menjadikan Tol Trans Sumatera sebagai pendongkrak pertumbuhan perekonomian nasional.
Ketika Presiden telah menargetkan pembangunan Tol Trans Sumatera ruas Bakauheni Palembang selesai sebelum Asian Games 2018, maka sudah sepatutnya pemerintah daerah dan instansi terkait lainnya juga bekerja lebih keras untuk membebaskan lahannya agar kontraktor bisa mengerjakan fisiknya sesuai target.
Oleh Hisar Sitanggang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016