Bakauheuni (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan semua pihak bahwa ada masalah teknis, manajemen keselamatan dan pelaksanaan prosedur tetap (protap) yang harus dipenuhi dalam mengoperasikan layanan angkutan umum, salah satunya kapal motor penumpang. "Yang berbuat macam-macam harus ditindak," kata Presiden di atas KMP Jatra III yang akan membawanya kembali ke Jakarta, setelah melakukan inspeksi mendadak di Pelabuhan Bakauheuni, Lampung, Selasa. Setelah melakukan pengecekan dalam sidak tersebut dan mendapat penjelaskan dari pimpinan PT ASDP, Indonesia Ferry, serta Menteri Perhubungan Hatta Rajasa, Presiden menilai bahwa terdapat banyak hal yang harus diperbaiki terkait dengan kejadian yang menimpa dua feri baru-baru ini. "Bagaimanapun faktor keselamatan dan keamanan sangat penting, di samping faktor yang lain, yakni faktor kenyamanan pelayananan serta faktor ekonomi yang juga tidak boleh diabaikan," katanya. Menurut Presiden, untuk mewujudkan hal itu telah dilakukan pembahasan mengenai langkah-langkah terpadu baik untuk kapal feri yang dikelola ASDP dan swasta dengan Menteri Perhubungan dan Pimpinan ASDP. Pada kesempatan itu Kepala Negara juga mengatakan dalam sidak ditemukan penyimpangan jarak antara kendaraan bermotor yang diangkut oleh KMP. "Saya lihat langsung tadi jarak antarkendaraan yang semestinya 60 cm ada yg terlalu dekat, dekatnya jarak antarkendaraan itu kalau terjadi goncangan kapal karena gelombang dan lain-lain bisa saja terjadi tumbukan antarkendaraan yang ada di situ," katanya. Oleh karena itu, lanjutnya, diperlukan suatu pengaturan jarak yang tepat. "Pastikan posisinya stabil, ada alat untuk mengikat, ada alat untuk menahan ban, posisi persnelling seperti apa, itu lebih diperhatikan, bahan bakarnya berapa," ujarnya. Presiden juga mengingatkan petugas agar memastikan bahan yang diangkut oleh setiap kendaraan yang dinaikkan ke kapal. "Ketika naik kapal feri, isinya apa itu harus dicek satu per satu supaya sekali berlayar tidak ada lagi masalah yang rawan di situ, jadi penumpangnya juga tenang, merasa aman," katanya. Mengenai alat keselamatan, Presiden mengatakan dalam sidak ditemukan jumlah pelampung dan sekoci yang mencukupi bahkan berlebih. "Tetapi penumpang diberitahu bagaimana cara menggunakan pelampung...sekoci juga perlu dijelaskan, dikasih contoh kepada penumpang kalau ada apa-apa, meskipun kita berharap tidak terjadi terus musibah di feri," katanya. Presiden juga menyebutkan beberapa hal yang masih harus menjadi pekerjaan rumah untuk diperbaiki dari waktu ke waktu, antara lain sistem, protap, tanggung jawab nakhodanya, kesadaran penumpang dan di atas segalanya adalah pengecekan sebelum berangkat. "Jangan pula terjadi lagi jumlah yang ada di manifes berbeda dengan penumpang sesungguhnya. Kalau jarak pendek tidak perlu nama tak apa-apa tetapi jumlahnya harus pas sama, kalau seratus orang yang beli tiket, ya seratus orang penumpangnya, jangan ada penyimpangan di situ," katanya. Jika ada penyimpangan, kata Presiden, maka pihak yang bertanggung jawab akan dicopot dari jabatannya karena hal itu mengganggu keselamatan. Presiden berharap dengan upaya bersama maka pelayanan akan makin baik, terutama kesadaran dari semua pihak, baik pengelola perusahaan transportasi, penumpang, atau pemerintah. Presiden juga meminta agar nahkoda dan syahbandar tidak lalai dengan demikian feri dapat memberikan playanan yag baik bagi rakyat. "Memang daya beli rakyat kita masih belum tinggi. Tetapi jangan mengorbankan keselamatan," katanya. Beberapa saat sebelumnya, Presiden melakukan peninjauan ke KMP Baruna Jaya I yang dikelola pihak swasta untuk melihat secara langsung kondisi pelayanan kapal itu. (*)
Copyright © ANTARA 2007