Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan pemerintah Jepang melakukan kerja sama pengkajian dan penerapan teknologi pengembangan senyawa obat anti-malaria dan anti-amuba.
"Dalam hal ini, kami bekerja sama dengan Jepang dan didukung institusi-institusi dalam negeri memanfaatkan sumber daya hayati atau bioresources yang ada di Indonesia untuk membuat vaksin obat anti-malaria dan anti-amuba," kata Kepala BPPT, Unggul Priyanto, di Jakarta, Selasa.
Hal tersebut, ia sampaikan di sela-sela acara "the Joint Coordinating Committee (JCC) for the SATREPS Project by Utilizing Diversity of Indonesia Bio-resources (SLeCAMA)" di kantor BPPT.
Dia berharap melalui kerja sama ini, BPPT bisa menemukan obat yang betul-betul bermanfaat untuk berbagai macam penyakit tropis, salah satunya malaria.
Kegiatan kerja sama melalui program Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development (SATREPS) yang dilakukan selama lima tahun ini ditargetkan mendapatkan dua senyawa kandidat obat anti-malaria dan anti-amuba yang lolos uji pra-klinis.
Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat mendorong riset pengembangan obat untuk penyakit khas Indonesia dalam rangka meningkatkan kemandirian nasional di bidang bahan baku obat.
Untuk pengkajian tersebut, BPPT juga bekerja sama dengan mitra-mitra di dalam negeri, yaitu Universitas Airlangga dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Sedangkan dari Jepang, BPPT bekerja sama dengan Kitasato University, Tokyo University, dan Microbiopharm Japan.
Kerja sama ini juga didukung pemerintah Jepang melalui program SATREPS yang dikelola oleh Japan International Cooperation Agency.
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016