Ada banyak jaringan distribusi, pemerintah saat ini berusaha untuk memotong rantai tersebut. Rantai perdagangan seperti ini yang bisa menyebabkan harga di tingkat konsumen akhir terlalu tinggi,"
Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa alur distribusi beras dari produsen hingga konsumen akhir di DKI Jakarta merupakan yang paling panjang di Indonesia karena pola perdagangan mencapai tujuh rantai dengan delapan mediator atau kelembagaan.
"Untuk rantai terpanjang beras di DKI Jakarta," kata Kepala BPS Suryamin dalam jumpa pers di Jakarta, Senin.
Suryamin menyatakan alur distribusi beras tersebut dari produsen hingga ke konsumen akhir untuk seluruh Indonesia melibatkan dua hingga sembilan fungsi kelembagaan usaha perdagangan. Sementara pola perdagangan beras di DKI Jakarta mencapai tujuh rantai dan sebanyak delapan mediator atau kelembagaan yang terlibat.
"Ada banyak jaringan distribusi, pemerintah saat ini berusaha untuk memotong rantai tersebut. Rantai perdagangan seperti ini yang bisa menyebabkan harga di tingkat konsumen akhir terlalu tinggi," kata Suryamin.
Menurut Suryamin, selain beras, beberapa komoditas yang diamati adalah cabai merah, bawang merah, jagung pipilan dan daging ayam ras. Untuk alur distribusi perdagangan terpanjang cabai merah, bawang merah dan jagung pipilan berada di Jawa Tengah, sementara untuk beras dan daging ayam ras berada di DKI Jakarta.
Suryamin menjelaskan distribusi komoditi perdagangan dari produsen hingga sampai konsumen secara nasional untuk beras melibatkan hampir seluruh fungsi kelembagaan perdagangan yakni produsen, importir atau eksportir, pedagang pengepul, distributor, sub-distributor, agen, sub-agen, pedagang grosir, swalayan atau minimarket atau supermarket atau pedagang eceran dan konsumen akhir.
"Sementara untuk Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP), untuk beras secara nasional mencapai 10,42 persen," kata Suryamin.
Dengan MPP mencapai 10,42 persen, mengindikasikan bahwa secara rata-rata dan pada umumnya perdagangan beras mendapatkan keuntungan sebesar 10,42 persen dari nilai pembeliannya.
Sementara untuk komoditas lainnya diperoleh bahwa MPP untuk cabai merah sebesar 25,33 persen, bawang merah 22,61 persen, jagung pipilan 31,90 persen dan daging ayam ras 11,63 persen.
"Semakin panjang rantai perdagangan, maka akan semakin merugikan konsumen akhir karena margin juga semakin tinggi. Jika rantai bisa dipangkas maka akan menurunkan harga, dan akan berdampak juga ke inflasi. Harga yang terjadi saat ini adalah akibat dari panjangnya rantai perdagangan," kata Suryamin.
Berdasarkan data BPS, untuk alur perdagangan terpendek di Sulawesi Utara untuk komoditas beras yang tercatat dengan tiga mata rantai dan lima kelembagaan, cabai merah, dan jagung pipilan juga berada di Sulawesi Utara, bawang merah di Maluku Utara, serta daging ayam ras di Kalimantan Barat.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016