Tokyo (ANTARA News) - Kurs yen melemah lagi di perdagangan Asia pada Senin, memperpanjang kerugian sebelumnya setelah bank sentral Jepang (BoJ) meluncurkan stimulus mengejutkan pekan lalu.
Sementara itu, mata uang negara-negara berkembang, kecuali rupiah Indonesia, terpukul karena angka manufaktur Tiongkok yang lemah, memicu kekhawatiran tentang ekonomi nomor dua di dunia itu.
Bank sentral Jepang pada Jumat mengumumkan akan mengadopsi kebijakan suku bunga negatif, berarti BoJ secara efektif akan mengenakan biaya kepada para pemberi pinjaman komersial yang memarkir uang mereka di bank sentral.
Langkah ini -- dimaksudkan untuk meningkatkan pinjaman guna menghidupkan kembali ekonomi yang lesu dan menangkis deflasi -- mendorong reli di pasar global dan mengirim yen lebih lemah.
"Keputusan BoJ akan memiliki dampak negatif abadi pada yen karena penentuan posisi spekulatif pada cara yang salah," Sean Callow, analis valuta asing di Westpac Banking yang berbasis di Sydney, mengatakan kepada Bloomberg News.
Dia menambahkan harapan bahwa bank sentral akan menurunkan lebih lanjut suku bunganya di bulan-bulan mendatang akan terus membebani mata uang Jepang.
Di Tokyo, dolar menguat menjadi 121,27 yen dari 121,12 yen pada Jumat lalu di New York. Greenback diperdagangkan di sekitar 118,60 yen pada Jumat sebelum pengumuman.
Euro menguat menjadi 131,51 yen dari 131,19 yen di perdagangan AS, sementara itu juga maju ke 1,0844 dolar dari 1,0831 dolar.
Pada Senin, indeks resmi aktivitas manufaktur Tiongkok jatuh ke tingkat terendah dalam lebih dari tiga tahun pada Januari.
Berita itu menyusul serangkaian data yang menunjukkan bahwa pertumbuhan raksasa Asia -- ekonomi nomor dua di dunia dan menjadi pendorong utama pertumbuhan global -- memudar dengan cepat.
Angka lemah itu menekan dolar Australia yang terkait komoditas,
menurun 0,24 persen terhadap greenback, sementara mata uang negara berkembang lainnya juga jatuh.
Won Korea Selatan merosot setelah data menunjukkan ekspor negara itu, pendorong utama ekonomi, mengalami penurunan paling tajam sejak Agustus 2009, memperluas apa yang sekarang menjadi penurunan bulan ke-13 berturut-turut.
Won melemah 0,48 persen, sedangkan ringgit Malaysia yang terkait minyak turun 0,14 persen.
Dolar Taiwan turun tipis 0,08 persen dan dolar Singapura kehilangan 0,04 persen.
Namun, rupiah Indonesia melonjak 1,15 persen didorong spekulasi bahwa langkah BoJ dan kemungkinan pelonggaran lebih lanjut oleh Bank Sentral Eropa akan mendorong investor beralih ke aset-aset berimbal hasil lebih tinggi atau berisiko.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016