Jakarta (ANTARA News) - Ketua MPR, Zulkifli Hasan, menegaskan& Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat menghargai perbedaan, baik itu agama, suku ataupun lainnya.
"Negara kita yang paling toleran, sangat menghormati HAM. Di Bali, ada masjid, gereja, pura, tidak ada soal. Di Jakarta pun tidak ada soal. Kita di sini, beraneka suku, tidak masalah. Kita sangat menghargai perbedaan. Negara kita sangat toleran," kata Zulkfili saat menghadiri pelantikan pengurus Junior Chamber International (JCI) Indonesia 2016, di Jakarta, Jumat.
Lebih lanjut, dia mengatakan, masyarakat Indonesia merupakan satu keluarga, keluarga Indonesia yang sama-sama tinggal tinggal di Negara Kesatuan Republik Indonesia dan memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Dengan begitu, lanjut Zulkifli, tak boleh ada lagi pertengkaran soal perbedaan.
"Kita sudah sepakat, 18 Agustus 1945, kita sudah selesai soal perbedaan suku, agama. Apapun agamanya, sukunya kita mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Ini pegangan kuat bagi kita. Tidak boleh lagi ada pertengkaran soal perbedaan," tutur Zulkifli.
"Suatu hal yang biasa, di Jakarta yang mayoritas muslim, tetapi gubernurnya Pak Ahok. Saya dari Lampung tetapi tinggal di Jawa, tidak ada masalah," tambah dia.
Di samping itu, Zulkifli juga mengungkapkan, saat ini Masyarakat Indonesia sudah mulai meninggalkan sila ke-4 Pancasila, khususnya musyawarah mufakat. Padahal, negara-negara Eropa yang memiliki sistem pemilihan elektoral mulai menggunakannya.
"Kita yang sudah mulai kurang percaya diri. Sila ke-4, mulai ditinggalkan. Padahal dunia sudah mulai menggunakan. Eropa, memang melakukan pemilihan elektoral tetapi mengutamakan musyawarah mufakat. Musyawarah mufakat menjadikan Eropa satu zona. Elektorat tetapi menjadi satu kesatuan," kata dia.
Dalam kesempatan itu, presiden JCI Indonesia 2016, Yedi Karyadi mengatakan, sebagai salah satu organisasi pemuda, JCI ingin berperan aktif memberikan sumbangsih bagi negara.
"JCI Indonesia ingin berperan aktif memberikan sumbangsih pemikiran dan pembangunan ekonomi. Kami memiliki program umum seperti memantapkan keberadaan JCI Indonesia sebagai organisasi pemuda, meningkatkan kinerja organisasi agar dapat mengoptimalkan fungsi dan peran dalam membentuk generasi muda yang unggul, lalu pemberdayaan pemuda," kata Yedi.
JCI adalah sebuah federasi yang beranggotakan pemimpin dan wirausaha muda yang berusia antara 18-40 tahun, tersebar di kurang lebih 8.000 chapter di 127 negara.
Organisasi ini bekerjasama dengan PBB, ICC, UNICEF, WHO, AIESSEC, ONGO, PAHO dan lainnya memiliki misi membangun potensi generasi muda untuk aktif melakukan perubahan-perubahan positif.
Pewarta: Lia Santosa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016