Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Aslim Tadjudin mengatakan, kurs rupiah terhadap dolar AS berpeluang di bawah Rp9.000 per dolar AS, namun demikian pada tahun 2007 ini ia optimis rupiah pada level Rp9.000-9.500. "Peluang itu (di bawah Rp9.000-red) ada saja. Tapi yang lebih diterima eksportir dan importir itu Rp9.000-9.500. Dan saya optimis kita bisa jaga di situ hingga akhir tahun," kata Aslim di sela-sela rapat kerja BI dengan Komisi XI DPR di Jakarta, Senin. Akan tetapi, menurut dia, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum rupiah bisa menguat hingga level tersebut, yaitu, indikator inflasi lebih rendah lagi, surplus neraca pembayaran lebih besar dari saat ini, dan keseluruhan fundamental ekonomi lebih baik. "Faktor dari luar, menurut hemat saya tidak begitu besar pengaruhnya. Dulu ada kebijakan moneter ketat oleh bank sentral AS, tapi kini mereka sudah akan `pause` (menghentikan sementara) dan bahkan mungkin menurunkan suku bunga `fed fund` pada akhir semester ini," katanya. Selain tidak berpengaruh, menurutnya, faktor luar itu justru akan memperkuat rupiah terhadap dolar AS, katanya. Sebelumnya, Gubernur BI, Burhanuddin Abdullah mengatakan neraca pembayaran devisa pada 2006 mengalami surplus dengan cadangan devisa yang terus menguat. "Sekarang cadangan devisa hampir 46 miliar dolar AS," katanya. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Pasar Spot Antar Bank Jakarta, Senin pagi menguat 17 poin menjadi Rp9.063/9.068 per dolar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu Rp9.080/9.085, yang disebabkan aksi lepas dolar pedagang.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007