Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo meyakini nilai tukar rupiah akan tetap menguat pada tahun ini kendati Bank Dunia baru saja menurunkan proyeksi harga minyak mentah untuk 2016.
"Kita lihat secara umum kondisi di Indonesia di semester keuda akan lebih baik dan juga akan tercermin dari mata uang kita yang akan lebih membaik. Artinya tidak terus melemah, tapi jadi lebih kuat," ujar Agus saat ditemui di sela-sela acara Mandiri Investment Forum (MIF) di Jakarta, Rabu.
Bank Dunia memangkas proyeksinya untuk harga minyak mentah 2016 menjadi 37 dolar AS per barel dari sebelumnya 51 dolar AS per barel.
Bank Dunia juga memperkirakan harga komoditas lainnya akan merosot lebih lanjut tahun ini karena permintaan lemah dari negara-negara berkembang.
Harga minyak sendiri turun 47 persen pada 2015. Namun, pemulihan bertahap harga minyak diperkirakan tahun ini karena permintaan diperkirakan agak menguat dengan peningkatan moderat dalam pertumbuhan global.
Harga non-energi diperkirakan turun 3,7 persen pada 2016, dengan logam jatuh 10 persen setelah turun 21 persen pada 2015, karena permintaan lebih lemah di negara-negara berkembang dan kenaikan dalam kapasitas baru.
Harga komoditas pertanian diproyeksikan menurun 1,4 persen, dengan penurunan di hampir semua kelompok komoditas utama, mencerminkan prospek produksi yang memadai meski ada kekhawatiran gangguan dari El Nino, tingkat stok mencukupi, biaya energi yang lebih rendah dan permintaan datar untuk biofuel.
Nilai tukar rupiah sendiri, yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Rabu pagi, bergerak menguat sebesar 14 poin menjadi Rp13.865 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.879 per dolar AS.
"Rupiah itu menguat karena ada confidence terhadap Indonesia dan ada periode yaitu ketika harga minya bisa kembali lagi di atas 30 dolar per barel dan juga ada perkembangan harga komoditi yang baik," kata Agus.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016