Areal perkir jembatan timbang di Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya tampak juga dipadati truk dengan tujuan Denpasar hingga Lombok, Nusa Tenggara Barat.
"Kami sudah empat hari tertahan disini. Masih melanjutkan perjalanan lewat jalur Kabupaten Buleleng masih berpikir, karena biayanya juga membengkak," kata Pono, salah seorang sopir.
Ia mengaku, untuk mengangkut barang dari Jawa ke Bali, ia diberikan uang Rp1.500.000 untuk makan dan membeli bahan bakar pulang pergi.
Karena tidak bisa melanjutkan perjalanan, ia mengatakan, uang dari perusahaan habis untuk biaya makan, bahkan beberapa rekannya terpaksa menggunakan uang pribadi.
"Pengeluaran setiap hari rata-rata Rp100 ribu. Saya sudah tiga hari tertahan di sini," kata Ari, sopir yang terpaksa juga memarkir truknya yang mengangkut jagung di jembatan timbang.
Karena biaya membengkak, untuk melanjutkan perjalanan ia mengatakan, menggunakan uang pribadi untuk membeli bahan bakar dengan perjanjian perusahaan akan menggantinya.
Selain dua sopir ini yang masih memilih bertahan, beberapa sopir lainnya berinisiatif membongkar muatannya dan menaikannya ke truk yang lebih kecil, agar bisa melanjutkan perjalanan lewar Kabupaten Buleleng.
Kepala Unit Pelaksana Tekni Jembatan Timbang I Wayan Aryana mengatakan, truk yang parkir saat ini sudah melebihi daya tampung yang hanya 100 unit.
Dari pendataan yang dilakukan pihaknya, sedikitnya ada 272 ton beras, 11 ton tepung, 82 ton gula, 12 ton minyak goreng dan 79 ton bawang, yang tertahan di jembatan timbang dan dikhawatirkan akan memicu lonjakan harga di Denpasar dan Lombok.
Jembatan yang menghubungkan jalan raya Denpasar - Gilimanuk, putus Sabtu (23/1) malam lalu, yang menyebabkan rute bus dan truk besar dialihkan lewat Kabupaten Buleleng, dengan jarak tempuh yang lebih jauh dibandingkan lewat Kabupaten Jembrana.
Sementara kendaraan kecil seperti mobil pribadi dan pick up dialihkan lewat jalan pedesaan.
Pewarta: Gembong Ismadi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016