Singapura (ANTARA News) - Harga minyak diperdagangkan di atas 61 dolar AS per barel di perdagangan Asia Senin, level tertinggi tahun ini karena pasar fokus pada pemulihan suhu geopolitik, kata kalangan pedagang. Pada 11:06 am (0306 GMT), kontrak utama minyak jenis ringan untuk pengiriman April di New York naik 33 sen menjadi 61,47 dolar per barel dari 61,14 dolar pada penutupan Jumat di AS. Kontrak belum mencapai harga tertinggi pada akhir Desember yang mencapai 62 dolar. Minyak Laut Utara Brent untuk pengiriman April naik 38 sen menjadi 61,26 dolar per barel. "Saya fikir faktor geopolitik yang muncul dari belakang yang sebelunya tidak kita lihat sejak Oktober tahun lalu. Ada banyak pertanda dari suhu geopolitik dengan Iran tidak memenuhi batas akhir resolusi PBB. Ini membantu mendorong harga naik," kata analis CFC Seymour di Hong Kong, Steve Rowles, dikutip AFP. Para pejabat senior dari enam negara kekuatan utama akan bertemu di London untuk membahas masalah Iran, mencari kesepakatan mengenai apa yang akan dilakukan di masa mendatang terhadap negara itu. Iran mengabaikan batas waktu yang diberikan PBB untuk menghentikan upaya pemrosesan kembali nuklir , dengan Presiden Mahmoud Ahmadinejad bertahan dengan mengatakan in ivital untuk kemajuan negaranya. Lembaga Energi Atom Internasional (IAEA) juga mengumumkan dalam laporannya Kamis pekan lalu bahwa Iran sebagai salah satu produsen minyak mentah terbesar di dunia menolak menghentikan pengkayaan uranium seperti yang diminta PBB. Selain itu juga muncul ketidakstabilan yang baru di Nigeria, produsen minyak mentah terbesar di Afrika, ketika militan bersenjata Jumat melakukan serangan terhadap orang-orang asing. Mereka membunuh pria Lebanon, sedang dua wargaItalia diculik di delta sungai negara itu yang kaya minyak, kata sumber dari kepolisian dan kalangan industri. Berita musim dingin di AS juga mendukung harga. OPEC yang anggotanya memproduksi 40 persen minyak dunia akan menyelenggarakan pertemuan di Vienna 15 Maret. Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Nuaimi mengindikasikan awal Februari OPEC kemungkinan menghindari perlunya memangkas produksi dalam jangka dekat.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007