Jakarta (ANTARA News) - Rosniaty Salihin, seorang bankir swasta, mengatakan pasar obligasi di dalam negeri sangat diminati investor asing maupun lokal yang ingin menempatkan dana mereka dalam jangka panjang, karena melihat prospeknya cukup besar. "Prospek pasar yang cukup cerah itu mengakibatkan penawaran obligasi oleh sejumlah bank lokal sangat diminati investor, apalagi dengan makin turunnya bunga BI Rate yang saat ini mencapai 9,25 persen," kata Deputy Vice President Panin Bank Tbk itu di Jakarta, Senin. Menurut dia, besarnya minat beli investor asing maupun lokal terhadap obligasi yang ditawarkan akan memicu pertumbuhan ekonomi nasional berjalan lebih cepat, sehingga target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen akan dapat tercapai. Meski terjadi bencana alam seperti banjir dan luapan lumpur panas sedikit banyak menghambat pertumbuhan ekonomi, hambatan itu hanya sesaat saja, apalagi pemerintah menilai tahun ini merupakan momentum yang paling tepat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, katanya. Penawaran obligasi itu, menurut dia, karena perbankan ingin meningkatkan permodalan untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat untuk mendorong fungsi intermediasi berjalan sebagaimana yang diharapkan. Perbankan sudah komit untuk menyalurkan kreditnya lebih besar lagi pada tahun ini dibanding tahun sebelumnya dalam upaya memicu ekonomi nasional berjalan dengan baik, katanya "Kami optimis pertumbuhan ekonomi nasional akan tercapai melihat para pelaku usaha terus mencari dana baru untuk meningkatkan ekspansi usaha maupun menambah modal," katanya. "Penerbitan obligasi ini mencerminkan pandangan positif perbankan atas kondisi fundamental ekonomi Indonesia, yang telah menunjukkan trend perbaikan yang kuat dalam beberapa kuartal," tambahnya. Rosniaty Salihin mengatakan, Panin Bank juga akan menawarkan obligasi pada tahun ini yang masih dalam proses dalam upaya meningkatkan permodalan. Apabila proses ini selesai dilakukan, Panin Bank akan mengajukan penawaran obligasi ke pasar domestik dengan kisaran antara Rp1 triliun hingga Rp1,5 triliun yang berjangka waktu tiga sampai tujuh tahun, katanya. Panin sendiri untuk tahun ini, menurut dia akan menyalurkan kreditnya sebesar Rp17 triliun naik dibanding tahun lalu Rp13 triliun. "Kami optimis penyaluran kredit sebesar itu akan dapat diserapkan masyarakat, apalagi Panin sudah mempunyai pangsa pasar sendiri," katanya. Ditanya mengenai penghapusan SBI, ia mengatakan, tidak ada masalah, karena pemerintah akan mengeluarkan instrumen lain sebagai pengganti SBI yang kemungkinan akan lebih baik dari sebelumnya. Meski demikian penghapusan SBI saat ini baru wacana, karena memerlukan waktu yang lama untuk mencari pengganti instrumen tersebut. Mengenai posisi LDR (Loan to Deposits Rati/rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga) Panin Bank cukup tinggi berkisar antara 75-80 persen dengan tingkat bunga pinjaman per sektor saat ini berkisar antara 13-14 persen, demikian Rosniaty Salihin. (*)
Copyright © ANTARA 2007