tidak ada ancaman yang akan membuat Prancis ragu dalam perang melawan terorisme
Paris (ANTARA News) - Prancis dan Inggris menganggap sepi video pengakuan ISIS yang melukiskan para ekstremis mempersiapkan diri menyerang Paris di sebuah wilayah kekuasaan ISIS. Sebaliknya, badan kepolisian Eropa memperingatkan akan semakin banyaknya serangan teroris skala besar ke Eropa.
Presiden Prancis Francois Hollande yang tengah berkunjung ke India menepis ancaman ISIS itu.
"Tidak ada yang bisa menghalangi kita, tidak ada ancaman yang akan membuat Prancis ragu dalam perang melawan terorisme," kata dia kepada wartawan.
Sementara itu kantor perdana menteri Inggris David Cameron menyebut video gembar-gembor ISIS itu hanya menunjukkan kelompok teroris itu jelas sudah ambruk dan tersingkir.
Namun badan kepolisian Eropa Europol memperingatkan bahwa ISIS berencana melancarkan serangan lebih banyak lagi ke target-target biasa di Uni Eropa.
Kepala Europol Rob Wainwright mengatakan bahwa ISIS "telah mengembangkan kemampuan gaya bertempur baru dalam melancarkan kampanye serangan teroris skala besar di tingkat global, yang secara khusus berfokus di Eropa."
Para analis sendiri menyatakan video propaganda ISIS berdurasi 17 menit itu menunjukkan betapa tingginya koordinasi dan perencanaan serangan 13 November ke Paris di mana para militan dan pembom bunuh diri ISIS menyerang beberapa titik di Paris sehingga menewaskan 130 orang.
Berjudul "Bunuhlah di mana pun kamu bertemu mereka", video itu menampilkan empat warga Belgia, tiga warga Prancis dan dua warga Irak yang ambil bagian dalam serangan itu. Mereka semua mati malam itu atau dalam razia polisi beberapa hari setelahnya.
Video yang dibuat Media Centre Al-Hayat milik ISIS itu menunjukkan cuplikan berita televisi pada malam serangan itu terjadi, selain pesan-pesan terakhir dari para pelaku serangan yang disampaikan dalam Bahasa Prancis dan Arab.
Mereka menyeru semua muslim yang tinggal di Eropa untuk bangkit melancarkan serangan, khususnya Inggris.
Pada video itu ada juga foto Presiden Francois Hollande dan Perdana Menteri Inggris David Cameron yang keduanya ditumpukkan dengan efek superimpose pada target-target mereka.
Tujuh orang mengenakan seragam militer terlihat di ruang terbuka yang tampaknya diseting sebagai gurun pasir, sedangkan yang lainnya terlihat berlatih membidik sasaran.
"Video ini menunjukkan level perencanaan dan integrasi aparat propaganda ISIS yang luar biasa sejak awal-awal perencanaan," kata Charlie Winter, peneliti pada Universitas Negeri Georgia yang memonitor propaganda para jihadis.
Menurut dia, para pelaku dan perencana serangan terlihat sangat sabar karena sudah mempersiapkan diri selama berbulan-bulan sebelum serangan ke Paris.
Raffaello Pantucci pada Royal United Services Institute (RUSI) di London mengatakan perencanaan di balik video itu menunjukkan bahwa serangan ke Paris itu dikomandoi oleh inti kekuatan ISIS.
Dengan latar belakang lagu-lagu berbahasa Prancis dan Arab, video itu menyerukan pembunuhan orang-orang Barat, sedangkan liriknya menyebut-nyebut nama Jalan Charonne dan Jalan Voltaire di Paris di mana serangan terjadi, demikian AFP.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016