"Kami sudah memantau keberadaan mereka di mana saja, lalu mereka akan kemana saja. Dan kami memastikan 860 anak ini harus mendapatkan haknya dalam hal pendidikan," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengirim tim khusus ke Provinsi Kalimantan Barat untuk mendata jumlah anak-anak usia sekolah yang turut serta dalam kelompok Gafatar.
Selain itu, menurut Anies, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga menyiapkan tim di setiap daerah yang akan menerima kembali anak-anak tersebut dari Kalimantan Barat.
"Jadi nanti kami pantau mereka akan pulang kemana saja, tim kami yang sudah berada di sana (Kalimantan Barat) dan sebagian yang sudah kembali ke tempat penampungan, hingga yang di daerah, akan memantau dan memberikan pendidikan," katanya.
Anies mengatakan menurut data kementeriannya ada 38 anak usia pendidikan anak usia dini, 315 anak usia sekolah dasar, 102 anak usia sekolah menengah pertama, serta 105 anak usia sekolah menengah atas/kejuruan dalam kelompok anggota Gafatar yang berada di Kalimantan Barat.
Selama tergabung dengan Gafatar, mereka tidak mengikuti pendidikan formal di bangku sekolah. Mereka rata-rata mendapatkan pendidikan di rumah atau belajar secara mandiri.
Anak-anak itu sebelumnya tinggal di Mempawah, Bengkayang, Sanggau, Sambas, Kapuas Hulu, Melawai, Sintang dan Kubu Raya bersama orangtua mereka.
Mereka tercatat berasal dari Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Kalimantan Tengah.
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016