Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta, Senin pagi, menguat 17 poin menjadi Rp9.063/9.068 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu pad aposisi Rp9.080/9.085 karena pelaku melepas dolar. "Pelaku berspekulasi melepas dolar, karena berbagai tekanan atas greenback, sehingga merosot terhadap yen dan euro, Kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Senin. Menurut dia, para pelaku asing melepas dolar di pasar dunia karena khawatir atas program nuklir Iran serta menguatnya harga emas dan minyak mentah. Kekhawatiran itu mengakibatkan negara-negara barat melakukan pertemuan di London untuk membahas program nuklir Iran, katanya. Rupiah, ia lebih lanjut mengatakan, mendapat dukungan dari pasar regional sehingga mengalami kenaikan, meski pasar saham Asia melemah. Aksi lepas dolar AS di pasar dunia merupakan faktor utama yang memicu rupiah menguat. Yen misalnya naik terhadap dolar AS 0,2 persen menjadi 120,83, euro melonjak jadi 1,3187. Kuatnya dukungan, menurut dia, rupiah kemungkinan pada sore nanti akan kembali menguat hingga mendekati level Rp9.050 per dolar AS. Apabila dukungan itu terus memicu pergerakan rupiah hingga meliwati angka Rp9.050 per dolar AS, Bank Indonesia kemungkinan kembali akan memasuki pasar untuk menahan kenaikan lebih lanjut, katanya. Menurut dia, rupiah kemungkinan tidak akan jauh berada dalam kisaran antara Rp9.000 hingga Rp9.100 per dolar AS, apabila pergerakan kedua mata uang itu akan berada dibawah maupun di atas level tersebut, maka BI akan segera masuk ke pasar. Karena rupiah dalam jangka waktu lama diperkirakan akan tetap berada kisaran itu, karena pada kisaran tersebut tidak akan memberikan dampak negatif maupun positip terhadap eksportir maupun importir, ucapnya. Peranan BI saat ini di pasar uang cukup kuat, apalagi memiliki cadangan yang cukup kuat sebesar 43 miliar dolar AS, sehingga apabila terjadi gejolak maka BI akan segera melakukan antisipasi menahan gejolak tersebut. (*)

Copyright © ANTARA 2007