Jakarta (ANTARA News) - Ketua MPR RI Zulkifli Hasan ingin berbagai pihak terkait dapat mengembalikan kejayaan masa lalu seperti masa keemasan Nusantara yang pernah dilalui pada masa Kerajaan Sriwijaya dahulu.
"Kita harus berjuang untuk mengembalikan kejayaan kita tempo dulu," kata Zulkifli Hasan dalam rilis Humas MPR di Jakarta, Senin.
Sebelumnya, Ketua MPR RI membuka Musyawarah Besar (Mubes XI) Pengurus Pusat Tenaga Pembangunan (TP) Sriwijaya, Sabtu (23/1).
TP Sriwijaya merupakan organisasi paguyuban diantara warga lima provinsi di Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel). Organisasi yang berdiri lebih dari 55 tahun lalu bermula dari para tokoh Tentara Keamanan Rakyat.
TP Sriwijaya bergerak di bidang sosial budaya, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, di Sumbagsel khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya.
Saat memberikan sambutannya Ketua MPR RI antara lain menyatakan dahulu kala kebesaran dan kejayaan Sriwijaya sudah diakui dunia. Kerajaan Sriwijaya mampu menaklukkan samudra hingga ke negeri yang sangat jauh.
"Sayang, kini kejayaan itu telah hilang. Sementara pulau kecil diseberang Sriwijaya yang dulu berisi semak belukar telah maju pesat. Itulah pulau yang pada saat ini dinamakan Singapura. Negeri itu sekarang bahkan jauh telah meninggalkan Indonesia," kata Zulkifli.
Untuk itu, dirinya meminta agar TP Sriwijaya mampu meretas kejayaan masa lalu, seperti yang dicapai kerajaan Sriwijaya.
Caranya, menurut dia, adalah dengan meningkatkan sumber daya manusia, dan tidak berpangku tangan karena memiliki banyak sumber daya alam.
Berdasarkan ensiklopedia dunia maya Wikipedia, Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah.
Sriwijaya yang dalam bahasa Sansekerta bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang" merupakan masa periode yang berlangsung dari sekitar tahun 600-1100 M.
Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016