Jakarta (ANTARA News) - Empat lagu ciptaan musisi kondang Glenn Fredly menginspirasi sebuah film bertema cinta, "Surat dari Praha", yang akan rilis 28 Januari ini.
Lagu "Sabda Rindu", "Nyali Terakhir", "Untuk Sebuah Nama", dan "Menanti Arah" sengaja dipilih sutradara Angga Dwimas Sasongko untuk menggambarkan kisah cinta dalam film yang dilatarbelakangi cerita eksil politik Indonesia di Praha pascaperistiwa 1965.
Berbeda dari ketiga lagu lainnya, "Menanti Arah" sangat sempurna untuk menjahit keseluruhan cerita di mana dalam lagu ini Glenn tidak hanya bicara soal cinta namun juga berbicara dalam konteks sosial dan politik, ujar Angga dalam konferensi pers "Surat dari Praha" di Jakarta, Senin.
Lirik lagu itu antara lain berbunyi 'negeriku gelap histori dan kebencian jadi ideologi' dianggap Angga menggambarkan kehidupan sang tokoh utama Mahdi Jayasri atau Jaya (diperankan Tyo Pakusadewo), seorang mahasiswa ikatan dinas (MAHID) yang terpaksa kehilangan kewarganegaraannya karena menolak pemerintahan Orde Baru.
Sedangkan "Nyali Terakhir" yang dalam film itu dinyanyikan tokoh Kemala Dahayu Larasati atau Laras (diperankan Julie Estelle) dan "Sabda Rindu" menggambarkan rasa cinta mendalam antara Jaya dan ibu Laras, Sulastri Kusumaningrum (diperankan Widyawati).
Film bergenre romantis yang juga dibintangi aktor Rio Dewanto (sebagai Dewa) dan Chicco Jerikho (sebagai mantan suami Laras) itu dibuat sebagai retrospektif terhadap 20 tahun Glenn Fredly berkarya di dunia musik.
Glenn merasa sangat bahagia bisa bekerjasama dengan Angga yang dianggapnya sutradara yang pandai meramu cerita.
"Angga mengambil lagu-lagu saya yang bukan menjadi hits. Buat saya ini sebuah pencapaian yang membanggakan, bisa bekerjasama dengan orang-orang yang punya kesamaan visi dan hati. Berkarya tidak hanya untuk kepentingan komersial tetapi juga mengutamakan idealisme," kata Glenn.
Berawal dari sebuah obrolan antara dia, Angga, penulis naskah M Irfan Ramli, dan produser Anggia Kharisma tentang kekisruhan politik Indonesia masa 1965, Glenn menilai "Surat dari Praha" sinergi sempurna setelah bekerjasama dengan Angga dalam dua film sebelumnya, yaitu "Cahaya dari Timur: Beta Maluku" (2014) dan "Filosofi Kopi" (2015).
Film produksi Visinema Pictures menceritakan seorang perempuan muda bernama Laras yang harus memenuhi wasiat ibunya, Sulastri, untuk mengantarkan sebuah kotak kayu berisi surat-surat kepada seorang pria di Praha bernama Jaya.
Perjumpaan Laras dan pria itu di Praha kemudian menempatkan keduanya dalam sebuah konflik, sekaligus cerita tentang perasaan cinta Jaya dan Sulastri yang hanya mampu tersampaikan lewat surat selama mereka terpisah sebagai imbas sejarah peristiwa 1965.
Pewarta: Yashinta Difa P.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016