Kairo (ANTARA News) - Video yang diklaim dipublikasikan oleh pusat media ISIS pada Minggu (24/1) menampilkan beberapa gambar dan pernyataan terakhir sembilan orang yang ambil bagian dalam penyerangan 13 November 2015 di Paris yang menewaskan 130 orang.
Kantor berita Reuters tidak bisa secara independen memverifikasi keaslian rekaman yang menunjukkan orang-orang yang menyampaikan kecaman anti-Barat dan mengakhirinya dengan semacam ancaman untuk menyerang Inggris itu.
Kementerian Luar Negeri Prancis menolak mengomentari video itu dan tidak segera ada pernyataan dari kantor Perdana Menteri dan kantor berita Reuters tidak bisa segera menghubungi Kementerian Dalam Negeri.
Video yang diunggah kantor saluran Telegram ISIS menayangkan beberapa penyerang mengenakan seragam kamuflase di lokasi gurun sebelum terjadinya serangan Paris.
Sebagian dari mereka mempertontonkan pemenggalan kepala para sandera kelompok milisi ultra garis keras itu, sebuah taktik yang sering mereka gunakan.
"Ini pesan terakhir dari sembilan singa kekhalifahan yang dikerahkan dari sarang mereka untuk membuat seluruh negara, Prancis, bertekuk lutut," demikian narator dalam video itu berkata.
Pada malam 13 November, sembilan pria yang terbagi dalam tiga kelompok menyerang stadion olahraga, kafe dan tempat konser.
Surat perintah penangkapan sudah dikeluarkan untuk pria yang lain, Salah Abdeslam, yang terbang ke Belgia hari berikutnya.
Para penyerang diidentifikasi dalam video dengan nama samaran mengacu pada kewarganegaraan mereka: tiga orang Prancis, empat orang Belgia dan dua orang Irak yang disebut Ali al-Iraqi dan Ukashah al-Iraqi.
Keduanya kemungkinan pelaku bom bunuh diri yang menyerang stadion Stade de France. Mereka membawa paspor Suriah yang diduga palsu dan tidak bisa secara formal diidentifikasi. Tujuh penyerang lainnya sudah diidentifikasi.
Video itu juga menunjukkan rekaman Perdana Menteri Inggris David Cameron menyampaikan solidaritas pada orang-orang Prancis setelah serangan dan diakhiri dengan pemunculan slogan di layar yang menyatakan "Siapapun yang berdiri dalam barisan kafir akan menjadi sasaran pedang-pedang kami."
Juru bicara Perdana Menteri Inggris David Cameron menyatakan dia tidak bisa segera menyampaikan tanggapan terkait video tersebut. (Uu.M038)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016