Harga minyak mentah dunia yang cenderung menguat menopang mata uang di negara-negara berkembang, termasuk rupiah
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Senin pagi bergerak menguat tipis sebesar satu poin menjadi Rp13.844 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.845 per dolar AS.
Analis LBP Enterprise Lucky Bayu Purnomo di Jakarta, Senin mengatakan bahwa kinerja mata uang dolar AS yang cenderung melemah terhadap mayoritas nilai tukar global, menjaga rupiah untuk bergerak di area positif meski cenderung terbatas.
"Harga minyak mentah dunia yang cenderung menguat menopang mata uang di negara-negara berkembang, termasuk rupiah," katanya.
Harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Senin pagi ini, terpantau bergerak naik 0,06 persen menjadi 32,20 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude menguat 0,16 persen ke level 32,24 dolar AS per barel.
Kendati demikian, Lucky Bayu Purnomo mengatakan bahwa pelaku pasar uang diharapkan tetap waspada dalam mengambil posisi di aset negara berkembang mengingat perekonomian di AS yang cenderung mengalami perbaikan.
"Kondisi ekonomi AS yang membaik dapat mendorong dana investasi masuk ke Negeri Paman Sam melalui dolar AS yang akhirnya berpotensi menahan laju nilai tukar di negara-negara berkembang, termasuk rupiah," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa jika harga minyak mentah terus berada di area positif, besar kemungkinan nilai tukar negara berkembang melanjutkan penguatan.
Namun, lanjut dia, potensi dolar AS terapresiasi juga cukup terbuka mengingat kuatnya harapan pelonggaran kebijakan keuangan oleh bank sentral Eropa dan Jepang.
"Kebijakan pelonggaran kedua bank sentral itu dapat mendorong jumlah beredar mata uangnya tinggi yang akhirnya dapat mendorong nilai tukar dolar AS menguat, dan dapat berdampak pelemahan mata uang pada negara berkembang," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016