Polisi adalah sahabat anak. Mereka harus tetap tertawa dan gembira karena belum mengerti apa-apa."

Surabaya (ANTARA News) - Aparat Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Surabaya menghibur anak-anak dari mantan anggota aliran Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang ditampung sementara di Asrama Transito milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk memulihkan trauma mereka.

"Kami ingin anak-anak melupakan kejadian saat di kampungnya di Kalimantan, yang mana ada pembakaran dan sebagainya. Semoga anak-anak terhibur dan kembali percaya diri," ujar Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Polrestabes Surabaya, Komisaris Polisi Lily Djafar, di Surabaya, Sabtu.

Menurut dia, kondisi psikologi anak-anak tersebut pasti terganggu dengan adanya permasalahan Gafatar yang berujung aksi pengusiran dari permukiman, hingga harus mengungsi dan ditampung sementara.

Oleh karena itulah, sebagai aparat yang tidak hanya konsentrasi pada pengamanan, maka polisi juga berkewajiban mengambalikan keceriaan sebagaimana anak-anak pada umumnya.

"Polisi adalah sahabat anak. Mereka harus tetap tertawa dan gembira karena belum mengerti apa-apa. Polisi akan berusaha sekuat tenaga memulihkan traumanya," ucap perwira menengah tersebut.

Bertempat di halaman asrama, usai beristirahat setelah menempuh perjalanan dari Mempawah, Kalimantan Barat, ke Surabaya, Jawa Timur, puluhan anak-anak dari mantan anggota Gafatar dihibur Opera Wayang Polisi yang ditampilkan anggota Polisi Lalu Lintas (Polantas).

Dipimpin Bintara Unit Dikyasa Satlantas Polrestabes Surabaya, Aiptu Muhammad Rikza Firmansyah, anak-anak diajak senam dan bernyanyi sekaligus diperkenalkan rambu-rambu lalu lintas sembari bermain.

"Mereka harus ceria dan percaya diri. Meski kami sering melakukannya di sekolah-sekolah, tapi kali ini berbeda," kata Firmansyah.

Opera Wayang Polisi itu bercerita tentang keselamatan berlalu lintas dengan menampilkan sosok spesial Bang Jarwo yang sekarang dikenal anak-anak luas.

Dari segi pengamanan lokasi penampungan, Polrestabes Surabaya mengerahkan 450 personelnya yang dibagi menjadi sejumlah bagian, yakni 12 jam dijaga 150 polisi, sehingga dalam sehari semalam ada 300 polisi, dan sisanya sebagai cadangan antisipatif.

"Sebanyak 150 anggota lain disiapkan sebagai cadangan dan antisipasi. Kami tidak ingin ada pihak-pihak yang memanfaatkan keadaan ini sehingga berakibat negatif," kata mantan Kasubag Polres Pelabuhan Tanjung Perak itu.

Selain itu, TNI juga memberi bantuan 20 personel setiap 12 jam, sehingga total pengamanan pengungsi mantan anggota Gafatar tersebut melibatkan 170 aparat kemanan setiap giliran jaganya.

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016