Jakarta (ANTARA News) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) diperkirakan masih berpotensi menurun pada pekan depan, terimbas kekhawatiran pelaku pasar terhadap inflasi Februari, sehingga mereka melakukan langkah antisipatif dengan aksi mengambil untung (profit taking).
Analisis PT Valbury Asia Securities, Krisna Dwi Setiawan, di Jakarta, akhir pekan ini mengatakan penurunan IHSG bisa mencapai level 1.750.
"Indeks konsolidasi cenderung menurun karena orang-orang masih akan mengambil untung sebanyak mungkin karena khawatir pengumuman inflasi akan mempengaruhi perdagangan saham," katanya.
Menurut dia, aksi ambil untung itu bisa berlangsung selama akhir bulan ini.
Selain itu, katanya, penurunan saham juga dipicu ketidakpastian Bank Indonesia untuk menurunkan kembali suku bunganya.
"Orang-orang akan melihat bahwa BI akan berpikir ulang menurunkan BI-rate dengan kondisi inflasi meningkat. Bisa jadi penurunan BI rate tertunda, akibatnya saham-saham yang `sensitif` dengan suku bunga menjadi terganggu," katanya.
Sementara itu, Krisna juga memprediksikan saham-saham yang akan diburu adalah di bidang komoditas yaitu metal, energi, dan pertanian seperti Tambang Timah (TINS), Aneka Tambang (ANTM) dan Medco Energi Internasional (MEDC). Sementara untuk saham dari sektor perbankan dan telekomunikasi masih menunjukkan kinerja yang menurun.
"Perbankan terus mengalami tekanan sehingga terus menurun. Sedangkan telekomunikasi, seperti Telkom juga akan dilepas karena harganya terpengaruh dari harga pencatatannya di bursa Wall Street," katanya.
Selama pekan ini IHSG mengalami penurun tajam 12,930 poin atau 0,71 persen menjadi 1.791,533 dibandingkan akhir pekan lalu pada 1.784,363, sedangkan LQ45 menurun 4,336 poin atau 2,14 persen menjadi 379,490 dari akhir pekan sebelumnya pada 383,185.
Penurunan IHSG ini terjadi pada dua hari terakhir akibat aksi ambil untung dan kekhawatiran inflasi Februari. Indeks pada pekan ini juga dipengaruhi oleh bursa global dan regional.
Pada awal pekan IHSG mengalami penguatan hingga ke level 1.800 karena pengaruh Indeks Dow Jones mengukir rekor tertingginya yang diikuti oleh bursa regional, terutama bursa Tokyo dengan indeks Nikkei yang menyentuh level terbaiknya pada tujuh tahun terakhir.
Namun, seiring dengan turunnya Indeks Dow Jones akibat data inflasi terbarunya juga mempengaruhi bursa regional, terutama IHSG BEJ yang dianggap sudah terlalu tinggi dan pengaruh kekhawatiran inflasi. (*)
Copyright © ANTARA 2007