Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pasar uang Farial Anwar menyatakan nilai tukar rupiah atas dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta pada pekan depan diperkirakan akan sulit melewati level Rp9.100 per dolar AS, karena bank sentral kemungkinan akan menahan kemerosotan ma uang lokal.
"Bank sentral akan menahan gejolak rupiah yang makin terpuruk, bagaimana pun kuatnya faktor negatif baik yang datang dari pasar eksternal maupun internal," katanya di Jakarta, akhir pekan ini.
Ia mengatakan rupiah tidak semudah itu untuk bisa mencapai level Rp9.100 per dolar AS bahkan melewati angka tersebut, meski potensi mata uang lokal itu ke arah sana cukup besar.
Menurut dia, bank sentral menginginkan rupiah tetap berada dalam kisaran antara Rp9.000 hingga Rp9.100 per dolar AS dalam waktu yang cukup lama.
Ia mengatakan untuk mempertahankan pergerakan rupiah dalam kisaran tersebut, yang sebenarnya sudah terjadi sejak April 2006, akan mampu karena pengawasan dari bank sentral cukup ketat, apalagi kini bank sentral memiliki cadangan devisa cukup besar mencapai 43 miliar dolar AS lebih.
Pada pekan ini rupiah terus melemah hingga di posisi Rp9.088 per dolar AS akibat terpengaruh oleh melemahnya yen hingga melewati angka 122 yen per dolar, menyusul langkah bank sentral Jepang (BoJ) menaikkan suku bunga "overnight" dari 0,25 persen menjadi 0,5 persen.
BoJ sendiri khawatir dengan kenaikan suku bunga itu karena peminjam dana dalam bentuk yen kemungkinan akan berkurang, tuturnya.
Namun, ia lebih lanjut mengatakan tekanan negatif itu kemungkinan akan kembali surut, karena melihat indikator ekonomi Jepang seperti Produk Domestik Bruto (PDB) yang meningkat dari 3,8 persen menjadi 4,8 persen periode Oktober - Desember 2006. (*)
Copyright © ANTARA 2007