Samarinda (ANTARA News) - Banjir merendam ratusan rumah milik 2.900 Kepala Keluarga (KK) di Kecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Timur Wahyu Widhi Heranatra, dihubungi dari Samarinda, Jumat menyatakan, banjir yang melanda enam desa di Kecamatan Muara Badak tersebut berlangsung sejak Kamis (21/1).
"Banjir di Muara Badak berlangsung sejak kemarin (Kamis) dan hingga hari ini (Jumat) genangan air masih merendam ratusan rumah warga di enam desa," ujar Wahyu Widhi Heranata.
Keenam desa yang terdampak banjir kata Wahyu Widhi Heranata yakni, Desa Gas Alam dengan ketinggian air 40,2 senti meter yang merendam rumah milik 1.000 Kepala Keluarga, di Desa Tanjung Limau ketinggian air 40,3 sentimeter dan di Desa Tanah Datar ketinggian air 25 senti meter.
Di Desa Badak Baru dengan 1.000 Kepala Keluarga terdampak banjir yang ada di enam RT, ketinggian air mencapai 1,5 meter, Desa Kampung Timur dengan ketinggian air 1,5 meter merendam rumah warga di dua RT serta air setinggi 1,5 meter merendam rumah milik 900 Kepala Keluarga di enam RT di Desa Badak Ulu.
"Sejauh ini, kami masih mendata rumah-rumah warga di desa lainnya yang terdampak banjir," katanya.
Akibat banjir yang melanda enam desa di Kecamatan Muara badak tersebut lanjut Wahyu Widhi Heranata, sebanyak 114 Kepala Keluarga atau 460 jiwa terpaksa mengungsi di tiga lokasi.
Ia merinci, sebanyak 70 jiwa atau 20 Kepala Keluarga mengungsi di Gedung Serba Guna, sebanyak 63 Kepala Keluarga atau 300 jiwa mengungsi di masjid dan rumah kerabatnya serta 31 Kepala Keluarga atau sekitar 90 jiwa mengungsi di Balai Pertemuan Umum Kecamatan Muara Badak.
"Tim Satgas BPBD Kutai Kartanegara telah mengerahkan 15 personel, dua unit kendaraan serta mendirikan tenda pengungsian di depan Posyandu RT 16 Desa Muara Badak Ulu.
Selain curah hujan cukup tinggi yang melanda kawasan Kecamatan Muara Badak selama dua hari terakhir, banjir yang melanda kawasan itu tambahh Wahyu Widhi Heranata juga disebabkan penggundulan hutan yang akan digunakan untuk tambang batu bara dan perkebunan kelapa sawit serta kecilnya drainase sehingga tidak dapat menampung debit air yang disebabkan meluapnya air Sungai Mahakam.
"Kam mengimbau masyarakat khususnya yang bermukim di bantaran Sungai Muara Badak agar tetap waspada dan jika debit air terus naik maka segera mengungsi ke tempat yang lebih tinggi atau ke rumah keluarga," ujar Wahyu Widhi Heranata.
Pewarta: Amirullah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016