Jakarta (ANTARA News) - Kemunculan gerakan netter dalam hashtag #KamiTidakTakut adalah bukti kekuatan Islam Moderat dalam membendung paham kekerasan dan aksi terorisme, kata Guru Besar Sosiologi Agama Universitas Islam Neger (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta Prof Dr Bambang Pramowo MA.
"Itu adalah refleksi bahwa mayoritas masyarakat dan umat memang tidak setuju dengan berbagai hal yang berkaitan dengan terorisme. Mereka bahkan berani melawan tindakan itu," katanya di Jakarta, Jumat.
Menurut Bambang, ini merupakan momentum untuk menggunakan kekuatan masyarakat guna mencegah aksi kekerasan dan terorisme di Indonesia.
"Artinya masyarakat sudah semakin sadar untuk selalu mengedepankan Islam yang ramah, bukanIislam yang marah. Tentu ini positif dalam pencegahan terorisme ke depan," katanya.
Menurut Bambang, gelora positif masyarakat ini merupakan keberhasilan upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan lembaga-lembaga lainnya.
Untuk itu, ia menyarankan agar kegiatan sosialiasi pencegahan terorisme melalui dialog, workshop, serta program damai di dunia maya semakin ditingkatkan.
"Sekarang bagaimana semua lembaga yang terkait bersama masyarakat semakin masif dalam melakukan antisipasi bahaya terorisme ini dengan menyebarkan kesadaran bahwa terorisme itu adalah sesuatu yang salah," terang pria yang juga Rektor Universitas Mathlaul Anwar Banten ini.
Ia mencontohkan, pascateror bom Thamrin, tidak hanya gerakan #KamiTidakTakut yang menyatukan masyarakat, tetapi banyak gerakan solidaritas di banyak kota di Indonesia. Seperti di Solo timbul gerakan "Kami orang Islam tapi kami menentang terorisme" dan penolakan pemakaman jasad tersangka bom Thamrin oleh warga kampungnya.
"Itu bukti bahwa kesadaran masyarakat itu sudah ada bahkan sangat tinggi. Tinggal bagaimana kita menjadikan dukungan itu menjadi gerakan nyata yang besar. Kalau itu bisa diwujudkan, praktis ruang gerak terorisme di Indonesia akan makin sempit," katanya.
Kendati demikian, Bambang mengingatkan agar kewaspadaan akan bahaya dan aksi terorisme itu terus ditingkatkan. Pemerintah dan masyarakat juga harus lebih waspada kepada WNI yang pergi dan pulang dari Suriah, terutama bagi mereka yang bergabung dengan ISIS.
"Faktanya ISIS mengaku bertanggung jawab terhadap teror bom Thamrin. Jadi, siapa saja yang pernah bersentuhan dengan ISIS, baik langsung maupun tidak langsung, patut diwaspadai," katanya.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016