Beberapa penelurusan yang dilakukan tim kami, terdapat sindikat terstruktur memalsukan hasil karya para pelukis ternama di Indonesia yang kemudian dijual dengan harga tinggi

Denpasar (ANTARA News) - Perkumpulan Pencinta Senirupa Indonesia (PPSI) mengklaim banyak lukisan palsu para maestro seni rupa Tanah Air beredar di di pasaran sehingga perlu dicermati para kolektor dan pencinta seni lukis.

"Beberapa penelurusan yang dilakukan tim kami, terdapat sindikat terstruktur memalsukan hasil karya para pelukis ternama di Indonesia yang kemudian dijual dengan harga tinggi," kata Ketua PPSI, Budi Setiadharma di Denpasar, Jumat.

Menurut dia, beberapa pelukis ternama yang banyak dipalsukan hasil karyanya seperti S.Sudjojono, Affandi, Soedibio, Hendra Gunawan, H.Widayat dan lain-lain.

"Di Bali, kasus pemalsuan lukisan pernah terjadi menimpa salah satu pelukis (maestro) terkenal yakni Nyoman Gunarsa beberapa waktu lalu," kata dia.

Selain itu, Setiadharma menambahkan, sindikat pemalsu lukisan memiliki jaringan luas. Ada orang orang khusus yang mengerjakan bagian-bagian vital dalam lukisan.

"Ada yang khusus melukis, memberi tanda tangan pelukis asli, menyamarkan menjadi agak klasik dan masih banyak lainnya," tambahnya.

Bukan hanya itu saja, pihaknya secara intensif mengimbau kepada kalangan kolektor maupun pencinta lukisan di Indonesia agar lebih selektif membeli lukisan ternama, apalagi terkait dengan harganya yang mencapai puluhan hingga ratusan juta.

"Kalau ingin cari aman, ajak saja yang sudah berpengalaman atau silahkan tes di laboratorium forensik seni milik Institut Teknologi Bandung (ITB).

Sementara itu, PPSI akan menyelenggarakan diskusi dan pameran seni rupa bertajuk "Lukisan Asli dan Palsu: Problematik Seni Rupa Kita" pada Sabtu (23/1) di Rumah Topeng dan Wayang Setiadarma di Jalan Tegalbingin, Desa Mas, Ubud, Gianyar.

Acara tersebut bertujuan menjadi media sosialisasi dan edukasi khususnya perihal keberadaan lukisan palsu yang belakangan ini turut mewarnai sejarah seni rupa Indonesia.

Pewarta: Andi Purnomo dan Rhismawati
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016