Jakarta (ANTARA News) - Mobile advertising platform, Cashtree, berkomitmen menjadi pioner dalam platform iklan digital di Indonesia.
"Cashtree sebagai alternatif orang untuk beriklan secara efektif selain Google AdWords dan Fb Ads," Song JinYoung, Chief Service Officer PT. Viti (Valuein Techonology Indonesia), di Jakarta, Kamis.
"Channel iklan biasanya hanya berjalan satu arah, Cashtree merupakan platform iklan masa depan karena kami akan memiliki market sendiri dengan mengandalkan pengguna organik Cashtree," sambung dia.
Lebih lanjut, Song menjelaskan iklan biasa hadir berupa banner di area-area tertentu dalam sebuah artikel maupun aplikasi, namun di Cashtree iklan hadir secara full screen pada lockscreen ponsel pintar.
"Cashtree dapat memasang iklan dengan di area yang ditargetkan dengan orang yang memiliki ketertarikan tertentu yang disesuaikan dengan keinginan klien," ujar dia.
Resmi dirilis pada November, aplikasi yang dikembangkan oleh PT. Viti (Valuein Techonology Indonesia) itu tercatat memiliki klien pengembang game yang cukup banyak. Pasalnya, Cashtree diklaim mampu meningkatkan ranking aplikasi di Play Store. "Cashtree mampu membuat traffic yang besar dalam waktu singkat," ujar Song.
Menurut Chief Business Officer PT. Viti, Jung SeoYoung, potensi pasar platform iklan digital di Indoensia sangat besar. Selain itu, pemain layanan lockscreen juga masih sedikit.
"Di bidang iklan, media konvensional cenderung semakin menurun, tapi di media digital semakin berkembang. Potensi iklan mobile sedang berkembang besar-besaran," kata dia.
"Pasar iklan di Indonesia sekitar hampir Rp 500 milyar, dan kami lihat pasar iklan berkembang 50 persen tiap tahun," lanjut dia.
Menjadi mobile advertising platform, Chastree juga hadir sebagai reward apps untuk pengguna. Pengguna akan diberikan imbalan cash yang dapat ditukarkan dengan pulsa saat mengakses iklan yang muncul pada lockscreen maupun aplikasi.
Sedikit memiliki kompetitor, Jung mengatakan Cashtree justru memiliki "Pekerjaan Rumah" yang cukup besar. Pasalnya, konsep aplikasi yang dikembangkan di Korea Selatan tersebut belum banyak diadopsi di Indonesia.
"Belum banyak yang mengadopsi mobile digital add, jadi harus banyak mengedukasi pengguna untuk terlibat," pungkas Jung.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016