Banda Aceh (ANTARA News) - Pemerintah Belanda akan mengembalikan dokumen dan buku berkaitan dengan sejarah Aceh yang tersimpan di negara tersebut kepada Pemerintah Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
"Duta Besar Belanda, Nikolaos van Dam, dijadualkan akan menyerahkan semua dokumen dan buku itu dalam bentuk duplikat pada Selasa 28 Februari 2007," kata Gubernur Provinsi NAD, Irwandi Yusuf di Banda Aceh, Sabtu.
Hal itu dikatakannya usai membuka konferensi internasional tentang Aceh dan kawasan Samudera Hindia yang diselenggarakan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias bekerjasama dengan Asia Research Institut-Universitas Nasional Singapura berlangsung hingga 27 Februari 2007 di Banda Aceh.
Konferensi membahas enam materi pokok antara lain mengenai seismologi, geologi dan dampak lingkungan, sejarah Aceh dan kawasan Samudera Hindia, bahasa, budaya dan masyarakat Aceh, pemulihan pasca tsunami, rekonstruksi.
Selain itu juga dibahas mitigasi bencana dan pembangunan pasca tsunami, resolusi konflik serta mengenai Islam, hukum dan masyarakat dengan menghadirkan sekitar 20 pakar internasional.
Dia mengatakan, dengan kembalinya dokumen tentang sejarah Aceh tersebut masyarakat yang selama ini tidak memiliki akses menyeluruh tentang sejarah Aceh dapat menelusurinya melalui dokumen dan buku itu.
"Saya yang mewakili masyarakat Aceh menerima buku dan dokumen sejarah itu merasa berterima kasih kepada Pemerintah Belanda meskipun yang dikembalikan duplikat karena kita belum mampu menjaga apabila diberikan yang asli sebab kita tidak mempunyai museum khusus untuk menyimpannya," katanya.
Sejumlah negara yang memiliki dokumen sejarah tentang Aceh seperti surat Sultan Iskandar Muda kepada Kerajaan Inggris yang dibuat pada 1632 yang selama ini tersimpan di Universitas Oxford di Inggris akan dipamerkan di Museum Negeri Aceh pada Senin (27/2).
Gubernur mengharapkan konferensi internasional yang diikuti sekitar 310 peserta dari 12 negara itu akan memberikan kontribusi bagi perkembangan Aceh ke depan dengan mengacu pada sejarah.
"Melalui konferensi ini diharapkan berdirinya sebuah pusat studi internasional dan ini saatnya sejarah Aceh ditulis ulang dan pakar-pakar sejarah bertanggung jawab dan bertindak benar terhadap sejarah," demikian Gubernur Irwandi Yusuf.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007