"Seharusnya memang proyek tersebut melibatkan tenaga kerja setempat," kata Kepala Seksi Perluasan dan Penempatan Tenaga Kerja Dinsosnakertrans Kabupaten Bandung Barat, Sutrisno, kepada wartawan, Kamis.
Ia menuturkan Kabupaten Bandung Barat menjadi daerah perlintasan jalur Kereta Cepat Bandung-Jakarta, bahkan terdapat stasiunnya di kawasan Perkebunan Walini, Kecamatan Cikalong Wetan.
Wilayah ini juga menjadi kawasan resapan air utama di Jawa Barat dan mengisi air Waduk Jatiluhur.
Namun proyek kerjasama Indonesia-China di wilayah Bandung Barat itu, kata dia, sementara belum ada permintaan dari perusahaan terkait untuk menyerap tenaga kerja lokal.
"Sampai sekarang belum ada permintaan dari Direktur PT Kereta Cepat terhadap tenaga kerja di KBB," katanya.
Ia mengungkapkan Bandung Barat memiliki sejumlah tenaga kerja terampil seperti dari teknik sipil yang dapat dipekerjakan dalam proyek pembangunan tersebut.
Berbeda dengan pembangunan PLTA Upper Cisokan untuk memasok kebutuhan listrik Jawa dan Bali, kata dia, banyak memberdayakan tenaga kerja terampil asal Bandung Barat.
"Direktur Cisokan sudah ada permintaan ke pemda untuk merekrut tenaga kerja asal KBB, dan kami sudah siapkan itu," katanya.
Ia berharap setiap pembangunan dapat melibatkan tenaga kerja lokal sebagai upaya mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ia menyebutkan jumlah angkatan kerja di Bandung Barat mencapai 60.000 orang, sementara perusahaan skala kecil hingga besar sekitar 400 unit.
Sementara itu, Direktur PT Kereta Cepat Indonesia China, Hanggoro Wiryawan, saat peletakan batu pertama pembangunan jalur Kereta Cepat di kawasan Walini, mengatakan, proyek itu membutuhkan 87.000 pekerja dan akan mengutamakan pekerja dari daerah sekitar.
"Jumlah pekerja yang dibutuhkan pada tahap konstruksi kereta cepat sebanyak 39.000 orang, pada saat konstruksi TOD 20.000 orang, dan pada saat operasional TOD sebanyak 28.000 orang," katanya.
Namun proyek kerjasama Indonesia-China di wilayah Bandung Barat itu, kata dia, sementara belum ada permintaan dari perusahaan terkait untuk menyerap tenaga kerja lokal.
"Sampai sekarang belum ada permintaan dari Direktur PT Kereta Cepat terhadap tenaga kerja di KBB," katanya.
Ia mengungkapkan Bandung Barat memiliki sejumlah tenaga kerja terampil seperti dari teknik sipil yang dapat dipekerjakan dalam proyek pembangunan tersebut.
Berbeda dengan pembangunan PLTA Upper Cisokan untuk memasok kebutuhan listrik Jawa dan Bali, kata dia, banyak memberdayakan tenaga kerja terampil asal Bandung Barat.
"Direktur Cisokan sudah ada permintaan ke pemda untuk merekrut tenaga kerja asal KBB, dan kami sudah siapkan itu," katanya.
Ia berharap setiap pembangunan dapat melibatkan tenaga kerja lokal sebagai upaya mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ia menyebutkan jumlah angkatan kerja di Bandung Barat mencapai 60.000 orang, sementara perusahaan skala kecil hingga besar sekitar 400 unit.
Sementara itu, Direktur PT Kereta Cepat Indonesia China, Hanggoro Wiryawan, saat peletakan batu pertama pembangunan jalur Kereta Cepat di kawasan Walini, mengatakan, proyek itu membutuhkan 87.000 pekerja dan akan mengutamakan pekerja dari daerah sekitar.
"Jumlah pekerja yang dibutuhkan pada tahap konstruksi kereta cepat sebanyak 39.000 orang, pada saat konstruksi TOD 20.000 orang, dan pada saat operasional TOD sebanyak 28.000 orang," katanya.
Pewarta: Feri Purnama
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016