Data tahun 2015 melanjutkan pola yang kita lihat selama empat sampai lima dekade terakhir
Washington (ANTARA News) - Rata-rata temperatur global tahun lalu merupakan yang terpanas dengan marjin terluas dalam sejarah menurut dua lembaga Amerika Serikat, Rabu (20/1).
Data dari Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (National Oceanic and Atmospheric Administration/NOAA) negara itu menunjukkan bahwa selama 2015 rata-rata suhu global permukaan daratan dan lautan 0,90 derajat Celsius di atas rata-rata suhu abad ke-20, melampaui rekor tahun 2014 yang tercatat 0,16 derajat Celcius.
Para ilmuwan di Kantor Meteorologi Inggris dan Unit Riset Iklim Anglia Timur juga mempublikasikan data yang mengonfirmasi temuan kedua lembaga Amerika Serikat itu pada Rabu.
Ini untuk keempat kalinya temperatur global mencatatkan rekor pada abad ini menurut badan-badan itu dalam ringkasan laporan tahunan mereka.
"2015 merupakan kejadian yang luar biasa dalam konteks tren pemanasan jangka panjang yang lebih luas," kata Gavin Schmidt, Direktur Studi Antariksa Goddard Institute NASA, seperti dilansir kantor berita Reuters.
Peningkatan tajam tahun 2015 didorong sebagian oleh El Nino, siklus cuaca alami di Pasifik yang menghangatkan permukaan samudra setiap dua sampai tujuh tahun.
Namun para ilmuwan mengatakan aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil, merupakan pendorong utama peningkatan itu.
"Data tahun 2015 melanjutkan pola yang kita lihat selama empat sampai lima dekade terakhir," kata Thomas Karl, Direktur Pusat Informasi Lingkungan Nasional NOAA.
El Nino terakhir bermula akhir 2015 dan akan berlangsung sampai musim semi 2016. El Nino itu termasuk di antara yang terkuat yang pernah tercatat namun Schmidt dan yang lainnya mengatakan peran fenomena cuaca sifatnya hanya pendukung dalam peningkatan suhu Bumi.
Separuh jalan lebih
Data tahun 2015 menggarisbawahi pentingnya pemangkasan emisi gas rumah kaca jika dunia ingin mempertahankan peningkatan temperatur kurang dari dua derajat Celcius, target yang disepakati oleh 190 lebih negara dalam pembicaraan iklim di paris akhir Desember lalu.
Dengan nilai rata-rata global suhu permukaan tahun 2015 lebih dari satu derajat Celcius di atas level akhir abad ke-19, dunia sekarang separuh jalan untuk mencapai target Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang akan membutuhkan upaya lebih kuat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
"Pengumuman ini harus menjadi penekan bagi pemerintah guna menjalankan komitmen mereka untuk bertindak mengatasi perubahan iklim, dan untuk meningkatkan kekuatan rencana pengurangan emisi gas rumah kaca tahunan mereka," kata Bob Ward, direktur kebijakan Grantham Research Institute on Climate Change and the Environment di London.
Di Amerika Serikat, beberapa anggota parlemen dari Partai Republik dan mereka yang skeptis dengan perubahan iklim akibat kegiatan manusia menunjukkan adanya perlambatan peningkatan suhu setelah El Nino kuat tahun 1998 sebagai tanda bahwa perubahan iklim bukan masalah serius.
Kandidat presiden dari Partai Republik Ted Cruz mengatakan dalam sidang tentang ilmu perubahan iklim pada Desember bahwa tidak ada pemanasan global signifikan dalam 18 tahun terakhir.
Namun Karl dari NOAA mengatakan bahwa tidak ada tanda perlambatan pemanasan.
"Tidak ada tanda jeda atau perlambatan," katanya serta menambahkan bahwa adalah taruhan yang aman bahwa 2016 akan memecahkan rekor 2015 berdasarkan tren jangka panjang dan dampak El Nino pada kuartal pertama tahun ini.
Penerjemah: Maryati
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016