Buku ini merupakan keinginan bersama akan semakin menggelorakan semangat dan perjuangan kita untuk lebih menggairahkan kembali program transmigrasi, yang beberapa waktu belakangan mengalami kemunduran,"

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Marwan Jafar meluncurkan buku tentang transmigrasi yang berjudul "Menggapai Cita" di Jakarta, Selasa.

"Buku ini merupakan keinginan bersama akan semakin menggelorakan semangat dan perjuangan kita untuk lebih menggairahkan kembali program transmigrasi, yang beberapa waktu belakangan mengalami kemunduran," ujar Marwan.

Buku mengenai transmigrasi itu, lanjut dia, merupakan buku yang menunjukkan semangat dan kegigihan program transmigrasi dalam memajukan daerah.

Buku tersebut penting dalam rangka mengukuhkan kiprah transmigrasi untuk mempercepat pembangunan daerah sebagai wujud dari Nawacita yakni membangun Indonesia dari pinggiran.

Presiden pertama Indonesia, Soekarno dalam rapat umum Musyawarah Gerakan Nasional Transmigrasi 28 Desember 1964 mengatakan bahwa transmigrasi bukan hanya memindahkan kemiskinan dan tidak boleh dianggap sebagai pemindahan kemiskinan dari Jawa ke daerah lain.

Oleh karena itu, Menteri Marwan mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen mensukseskan transmigrasi. Terutama dikawasan perbatasan dan pinggiran.

"Kita juga punya berbagai macam program, kurang lebih ada 114 kota terpadu mandiri yang telah dicanamgkan. Dan sampai sekarang pun masih terus kita canamgkan kota terpadu mandiri. Kemudian juga membangun lahan transmigrasi di perbatasan daerah pinggiran dan itu menjadi tekad kita semua dalam rangka mensukseskan transmigrasi," terang dia.

Ia juga sangat mengapresiasi para pejuang-pejuang transmigran, yang telah mampu merubah desa terpencil menjadi desa yang berkembang. Para pejuang transmigran ini menurutnya, adalah sosok berharga yang telah sukses membuka lahan-lahan tandus menjadi lahan-lahan yang sangat berharga untuk desa.

Dalam acara tersebut, juga hadir penyair legendari Taufiq Ismail, yang membawakan puisi mengenai Mohammad Kasim Arifin, seorang mahasiswa IPB yang selama 15 tahun mengabdi di Waimital, Pulau Seram.

Kasim Arifin membantu masyarakat desa mandiri. Semak-semak diubahnya menjadi ladang-ladang dan sawah-sawah. Kasim juga membuka jalan desa dan mengajarkan ilmu pertanian pada masyarakat. Semua dilakukan tanpa bantuan pemerintah.

"Dalam pengabdiannya, Kasim Arifin mengajarkan masyarakat desa untuk bercocok tanam. Dia mengajarkan bagaimana mengatur irigasi, sehingga desa tidak lagi menjadi kawasan tandus dan kering," ungkap Taufik.

Taufik mengungkapkan, program transmigrasi yang secara pribadi dijalankan Kasim Arifin, telah mampu mengubah desa menjadi lebih baik.

"Untuk pertama kalinya masyarakat desa itu mengirimkan anaknya ke perguruan tinggi, dan untuk pertama kalinya pula warga desa bisa naik haji. Semua berkat Kasim Arifin," jelas Taufiq.

Ke depan, Taufiq berharap semakin banyak "Kasim" lainnya yang ikhlas membangun dan membantu masyarakat desa.

(I025)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016