"Kondisi yang sekarang terjadi, kita dalam rasio antara program studi eksakta dan sosial, ini cukup tinggi sosialnya. Maka di eksaktanya harus kita tingkatkan," katanya setelah melakukan penanaman bibit pohon penghijauan di areal pengembangan kampus Universitas Tidar di kawasan Sidotopo, Kota Magelang, Jawa Tengah, di Magelang, Selasa.
Ia mengemukakan penguasaan atas bidang sains dan keahlian teknik oleh generasi muda, akan membawa Bangsa Indonesia mampu memenangi persaingan pada era kesejagatan.
"Karena apa, tingkat persaingan dunia itu adalah bagimana bidang sains dan engineering. Kita turun tiga grade, berarti menjadi sekitar 75 atau 74 dari 144 negara, yang tadinya dari 71. Penurunan ini akibat dari jumlah sains dan engineering kurang," ujarnya.
Ia menyebut posisi ideal antara program studi eksakta dan sosial sebagai 70 berbanding 30.
"Kalau idealnya 70:30, 70 eksakta baik ilmu pertanian, kehutanan, sains dan engineering, bidang-bidang kesehatan. Yang sosial yang bisa mendukung kemajuan kondisi saat ini. Kita di angka 45 hampir separo (setengah, red.)," katanya.
Ia mengatakan rasio kurang ideal antara program studi eksakta dan sosial saat ini, terjadi bukan karena Indonesia kekurangan sumber daya manusia di bidang eksakta. Akan tetapi, ujarnya, karena persoalan menyangkut persediaan dan permintaan.
"Bukan karena kurang (SDM, red.), tetapi semua itu melihatnya karena adalah supply and demand itu dipengaruhi jumlah mahasiswa. Makin banyak permintaan, di situ penawaran makin meningkat. Ini di sini teori ekonomi berlaku, maka kita harus melihat, ternyata pengaruhnya apa di ekonomi nasional. Ini harus kita perhatikan," kata Nasir yang juga Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Kota Semarang itu.
Saat pidato singkat pada penanaman bibit pohon penghijauan di kawasan Sidotopo itu, ia juga mengemukakan bahwa pembangunan untuk kemajuan negara membutuhkan peranan perguruan tinggi dalam mengembangkan fakultas tentang sains dan engineering secara lebih dominan.
Ia menyebutkan contoh tentang kemajuan Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan saat ini yang karena pengaruh pengembangan sains dan engineering.
"Karena, itu yang membangun ekonomi, riset-riset ke depan yang menghasilkan inovasi," katanya.
Terkait dengan pengembangan Untidar yang secara resmi menjadi perguruan tinggi negeri sejak 2 April 2014, ia mengemukakan pentingnya pengelola perguruan tinggi tersebut mengembangkan kampus menjadi rujukan dan pilihan utama masyarakat dalam skala nasional.
"Ada yang unik di Untidar, jangan membangun kampus business usually, ikut-ikut perguruan tinggi lain. Jadikan kampus pilihan utama," katanya.
Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016