Muara Teweh (ANTARA News) - Debit air pedalaman Sungai Barito di Kabupaten Barito Utara dan Murung Raya, Kalimantan Tengah dilaporkan surut sehingga sejumlah kapal dan tongkang bertonase besar terperangkap dan tidak bisa berlayar.
"Sejak tiga hari terakhir angkutan kapal dan tongkang bermuatan batu bara bertonase besar tidak bisa berlayar karena air sungai kembali surut," kata Kepala UPTD Lalu lintas Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan (LLASDP) pada Dinas Perhubungan Pemerintah Kabupaten Barito Utara Nurdin di Muara Teweh, Senin.
Sejumlah kapal tarik atau tunda (tug boat) dan tongkang yang sebelumnya berlayar ke hulu maupun hilir pada saat debit air Sungai Barito naik, kini terpaksa bersandar di beberapa tempat.
Ketinggian air Sungai Barito pada skala tinggi air (STA) Muara Teweh pada Senin (18/1) pagi pada angka 2,80 meter yang menunjukkan angka tidak aman bagi pelayaran kapal bertonase besar.
"Saat ini tongkang bermuatan dan kosong ada yang bersandar di kawasan hutan pinggiran Sungai Barito," katanya.
Kapal dan tongkang kosong yang terperangkap itu sebagian besar milik perusahaan tambang yang arealnya di wilayah Kabupaten Murung Raya (Mura) dan sejumlah perusahaan di Kabupaten Barito Utara.
Sejumlah tongkang bermuatan puluhan ribu ton batu bara dan kosong bersandar di kawasan Bukau Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten Barut atau di hulu dan di hilir jembatan KH Hasan Basri Muara Teweh.
"Sejumlah tongkang itu kini terpaksa bersandar sambil menunggu air naik," ujarnya.
Kondisi air sungai sepanjang 900 kilometer yang hulunya berada di wilayah Kabupaten Murung Raya dan mengalir ke wilayah selatan di Kalimantan Selatan, itu sekarang sulit diramalkan.
"Kami sulit memprediksi kondisi air Sungai Barito," ujarnya.
Meski angkutan kapal dan tongkang bertonase besar tidak bisa berlayar, sejumlah kapal barang dan angkutan penumpang yang tonasenya sedang untuk sementara tidak mengalami kendala.
Pewarta: Kasriadi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016