Data Komisi Pemilu Pusat (CEC) yang dikirimkan Kementerian Luar Negeri Taiwan kepada ANTARA, di Jakarta, Minggu, menyebutkan dari total 113 kursi parlemen yang diperebutkan, DPP meraih 68 kursi.
Sementara partai yang selama ini berkuasa di Taiwan, Partai Kuomintang (KMT) dalam pemilu tahun ini hanya berhasil meraih 35 kursi.
Kemudian Partai Kekuatan Baru (PPN) mendapatkan lima kursi, Partai Utama Rakyat (PFP) dengan perolehan tiga kursi, dan Ikatan Solidaritas Non-Partisan (NPSU) meraih satu kursi.
Satu kursi lainnya berhasil direbut seorang calon legislatif dari jalur independen yang ikut ambil bagian dalam pesta demokrasi empat tahunan di negeri berjuluk "Formosa" itu.
Kemenangan pihak oposisi itu menggandakan kesuksesan DPP setelah pemimpinnya Tsai Ing-wen berhasil memenangi Pemilu Presiden Taiwan pada hari yang sama.
Tsai menjadi presiden perempuan pertama di Taiwan setelah bersama pasangannya Chen Chien-jen berhasil memperoleh 6.894.744 suara atau sekitar 56,12 persen.
Perolehan suara politikus kelahiran Pingtung County pada 59 tahun yang lalu itu mengungguli seteru terdekatnya dari KMT, yakni pasangan Eric Liluan Chu dan Wang Ju-hsuan, yang hanya meraih 3.813.265 suara (31,04 persen).
Sementara pasangan kandidat dari PFP, James Soong dan Hsu Hsin-ying harus puas di posisi "bontot" dengan perolehan 1.576.861 suara (12,83 persen).
Kemenangan DPP, baik dalam pilpres maupun pemilu legislatif, disebabkan karena rakyat Taiwan mengalihkan dukungannya dari KMT setelah delapan tahun atau dua periode masa pemerintahan Presiden Taiwan, Ma Ying-jeou, justru mendekatkan hubungan negara pulau itu dengan China yang menjadi seteru politik sejak pecahnya perang sipil di China pada 1949.
Rakyat Taiwan menginginkan perubahan, baik politik maupun ekonomi.
Pewarta: M Irfan Ilmie
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016