Surabaya (ANTARA News) - Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) telah mengirimkan telegram Nomor 049/ SAR/0207 pada 21 Pebruari 2007 kepada Posko "SAR Mission Coordinator" (SMC) di Koarmatim, Surabaya, untuk menghentikan pencarian korban tenggelam dan bangkai KMP Senopati Nusantara. Dengan dikeluarkannya telegram itu, Posko SMC yang ada di Dinas Angkutan Lantamal V Surabaya-Koarmatim secara resmi ditutup dan dibubarkan, setelah 45 hari (1,5 bulan) beroperasi. Selain itu, KRI yang bertugas diperintahkan kembali ke Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) V Surabaya. Koordinator Posko SMC KMP Senopati Nusantara di Koarmatim, Laksamana Pertama TNI Syahrin Abdurrahman SE yang memimpin upacara penutupan, Jumat, menyatakan, meski pencarian sudah dihentikan bukan berarti jika ada penemuan korban baru tidak dievakuasi. "Jika kami mendeteksi ada korban baru, pasti akan langsung diambil jenazahnya. Tetapi, tim SAR gabungan yang secara koordinasi telah berakhir pada hari ini. Mungkin ada aparat TNI AL yang sedang beroperasi di tengah laut dan mendapat informasi adanya korban KMP Senopati, akan diambil. Itu namanya tugas kemanusiaan," paparnya. Kepala Staf Koarmatim ini menjelaskan, hingga hari terakhir pencarian korban KMP Senopati pada Rabu (21/2) lalu, telah berhasil mengevakuasi 279 orang. Terdiri dari 233 orang korban selamat dan 46 orang meninggal dunia. Sedangkan yang masih hilang atau belum ditemukan sebanyak 349 orang. Dari 279 orang yang sudah ditemukan, sebanyak 22 jenazah yang berhasil diidentifikasi telah diserahkan ke keluarga korban dan 24 jenazah dimakamkan secara massal (satu jenazah satu makam) di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Rembang, Jateng karena tidak berhasil diidentifikasi Tim "Dissaster Victim Identification" (DVI) RSU dr Soetomo Surabaya. Menurut Syahrin, total biaya operasional yang dikeluarkan TNI AL selama proses pencarian tidak terlalu besar dibandingkan dengan lamanya melaksanakan SAR dan pengerahan KRI. Pasalnya, TNI AL meminimalkan anggaran dengan mengerahkan KRI yang memang semestinya beroperasi dan dananya sudah siap. "Jadi, kami akan mengajukan anggaran ke Basarnas selaku pihak yang memerintahkan pencarian untuk kegiatan operasi tertentu. Dananya sekitar satu miliar rupiah lebih. Total KRI yang dikerahkan sebanyak 14 unit, karena kebetulan juga mencari bangkai pesawat AdamAir dan KMP Senopati," tuturnya. Sementara itu, informasi terakhir masih ada sembilan jenazah korban KMP Senopati yang masih dalam persiapan dievakuasi ke Surabaya menggunakan pesawat oleh tim PT Prima Vista. Sembilan jenazah itu terdiri dari tujuh jenazah sudah dimakamkan oleh penduduk setempat di Pulau Selayar, Sulawesi Tenggara dan dua jenazah (berhasil diidentifikasi) telah dimakamkan di Pulau Tomia, Kendari (Sulawesi Tenggara) dan Bombama (Sulawesi Tenggara). Kedua jenazah korban itu atas nama Sundoro beralamat di Bangunrejo RT 01/RW 02 Grogol, Sukoharjo (Jateng) dan Sumarno beralamat Kelurahan Karangrejo RT 01/RW 08 Grobogan (Jateng). Mengenai bangkai KMP Senopati yang belum ditemukan hingga saat ini, dia mengatakan, pencarian terakhir dilakukan di sekitar 55 km x 55 km utara Pulau Mandalikan dan Barat Karimun Jawa dengan menggunakan sonar. Tapi, sayangnya sonar menemukan bangkai-bangkai kapal lama bekas perang dunia, bukan milik KMP Senopati. Direktur Keuangan PT Prima Vista, Achmad Sosiawan menyatakan, pihaknya telah memberikan santunan sebesar Rp2 juta per-orang untuk 108 orang korban selamat dan Rp15 juta per-orang untuk 12 orang ahli waris korban meninggal. Ini berdasarkan ketentuan yang disanggupi PT Prima Vista untuk memberikan santunan kepada korban tenggelamnya KMP Senopati. Untuk korban meninggal masih mendapat santunan lagi sebesar Rp10 juta dari PT Jasa Raharja, sedangkan, untuk korban selamat juga ditanggung biaya perawatan sebesar Rp5 juta oleh PT Jasa Raharja. "Belum semuanya korban mendapatkan santunan, dikarenakan kendala teknis dalam pendataan. Tim kami masih mengumpulkan alamat yang jelas dari korban setelah mendapat perawatan dari rumah sakit," ujarnya. Dia mengimbau kepada korban yang belum mendapatkan santunan, agar menghubungi kantor PT Prima Vista di wilayahnya masing-masing (Surabaya, Pangkalan Bun dan Semarang). Sedangkan, untuk keluarga korban yang belum ditemukan diharapkan secepatnya menyerahkan data-datanya sesuai ketentuan.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007