"Kalau tidak punya skill jangan jadi TKI di luar negeri. Karena, kemungkinan jadi masalah," kata Khofifah Indar Parawansa, di Rumah Penampungan Trauma Center (RPTC) Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Jumat.
Dia menjelaskan permasalahan yang disebabkan TKI yang bekerja di luar negeri tidak memiliki ketrampilan cukup tinggi. Salah satunya, permasalahan TKI yang bekerja di Malaysia, negara yang bertetangga dengan Kepri.
Seharusnya, kata dia TKI dipersiapkan terlebih dahulu sebelum diberangkatkan untuk bekerja di sektor formal sehingga tidak menimbulkan permasalahan saat bekerja.
Untuk mengurangi permasalahan TKI di luar negeri tersebut, Kemensos akan melakukan pengawalan melalui jasa perekrutan TKI sampai ke pedesaan.
"Hal ini mengingat, masih banyak jasa penyaluran TKI yang masuk ke pedesaan dengan meniupkan angin surga berupa iming-iming tawaran gaji besar dan kesejahteraan yang lebih baik, tanpa memperhatikan skill para pekerja yang direkrut," ujarnya.
Menurut data di Kemensos pada tahun ini, TKI Bermasalah yang pada 2016 masuk dalam WNI Migran Korban Perdagangan, masih didominasi masyarakat Jawa Timur, dilanjutkan dengan warga Nusa Tenggara Barat, Aceh, dan Sumut.
"Insya Allah, pada 28 Januari 2016 nanti, kami akan mengadakan rapat koordinasi dengan seluruh dinas sosial di Indonesia untuk melakukan pemetaan daerah yang memiliki penyalur TKI yang potensial bermasalah," katanya.
Tidak hanya untuk TKI, Khofifah juga akan memetakan potensi anak jalanan, terlantar, pengemis dan penyandang masalah sosial lainnya di masing-masing daerah sehingga, dinas sosial tingkat provinsi dan kabupaten kota memiliki kesamaan dan lebih komprehensif.
Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016