... Seharusnya BNPT segera berkoordinasi dan dapat mendeteksi dini gerakan itu...
Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi III DPR, Nasir Djamil, menyesalkan fungsi pencegahan dalam tindak pidana terorisme tidak terjadi. Kasus paling mutakhir adalah teror bom bunuh diri hingga tembak-menembak teroris dengan polisi di sekitar Gedung Sarinah, di Jalan MH Thamrin, Kamis siang (14/1).

Dalam keterangan tertulis dia, di Jakarta, Jumat, fungsi pencegahan itu gagal dapat dinilai dari ketidakmampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam berkoordinasi mendeteksi dini.

Padahal, menurut dia, indikasi ini telah muncul sejak perayaan Natal dan Tahun Baru 2016, yaitu Asia Tenggara, khususnya Indonesia menjadi sasaran.

"Seharusnya BNPT segera berkoordinasi dan dapat mendeteksi dini gerakan itu," ujarnya. Polisi telah resmi menyatakan ISIS berada di belakang bom Jakarta kali ini.


Dalam berbagai portal berita internasional, indikasi ke arah perekrutan anggota-anggota ISIS ini jelas diungkap kepada publik.


Situs thediplomat.com, pada edisi 15 Agustus 2015, memberi laporan tentang prosesi pengangkatan sumpah setia kepada ISIS bagi pemuda-pemuda Indonesia, di satu mesjid, di dekat Jalan Cilacap, Jakarta Pusat. Beberapa pemuda dibai'at seorang imam di dalam mesjid itu, bahkan wajah-wajahnya jelas direkam kamera.


Sejak masa pemerintahan kedua Presiden Susilo Yudhoyono, ISIS telah dinyatakan terlarang di Indonesia dan publik menolak kehadiran ISIS di mana-mana. Ratusan WNI dilaporkan telah direkrut ISIS dan yang kembali ke Tanah Air didekati untuk menjalani program deradikalisasi.


Agustus 2015, saat dimana laporan thediplomat.com itu dipublikasikan, merupakan bulan ke-10 pemerintahan Presiden Joko Widodo, dan Jalan Cilacap hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari rumah dinas wakil presiden.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016